Hadapi Gelombang kedua Corona, Myanmar Bangun RS Darurat

16 September 2020 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fasilitas karantina untuk pasien virus corona di lapangan sepak bola di Yangon, Myanmar. Foto: Shee Paw Mya Tin/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Fasilitas karantina untuk pasien virus corona di lapangan sepak bola di Yangon, Myanmar. Foto: Shee Paw Mya Tin/Reuters
ADVERTISEMENT
Otoritas Myanmar berlomba-lomba membangun rumah sakit darurat lapangan di kota terbesar Yangon.
ADVERTISEMENT
Hal itu dilakukan untuk mengatasi lonjakan infeksi virus corona gelombang dua. Lonjakan kasus corona di Myanmar begitu dikhawatirkan ahli medis. Sebab, infrastruktur kesehatan Myanmar tertinggal dibanding negara lain.
Gelombang dua datang di Myanmar sangat mengejutkan. Sebab, penularan lokal selama berminggu-minggu tak terjadi di Myanmar. Gelombang kedua corona dimulai pada pertengahan Agustus lalu, yang bermula wilayah barat Rakhine lalu menyebar ke seluruh negeri termasuk Yangon.
Demi merawat pasien corona pemerintah daerah Yangon sudah menggunakan tiga rumah sakit.
Kini, pemerintah juga sedang membangun rumah sakit darurat dengan 500 tempat tidur di sebuah lapangan sepak bola.
"Kami tidak memiliki lebih banyak ruang untuk menampung wabah besar," kata Kaung Kyat Soe, Kepala RS Darurat kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
“Keadaan akan bertambah parah jika kita tidak bisa menerima pasien, makanya kita segera bangun shelter,” lanjutnya.
Pintu masuk fasilitas karantina untuk pasien virus corona di lapangan sepak bola di Yangon, Myanmar. Foto: Shee Paw Mya Tin/Reuters

Fasilitas kesehatan yang kurang memadai di Myanmar

Beberapa dekade pengabaian oleh junta militer Myanmar yang sempat berkuasa, membuat sistem kesehatan Myanmar pada 2000 berada di peringkat terburuk di dunia. Data tersebut dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada Maret, Bank Dunia mengatakan Myanmar hanya memiliki 383 tempat tidur ICU untuk 51 juta populasi dan 249 ventilator. Jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga, Thailand yang memiliki 6.000 tempat tidur dan 10 ribu ventilator dengan penduduk 69 juta.
Beberapa dokter di Yangon mengatakan tanggapan pemerintah telah menyebabkan kekurangan ruang rumah sakit dan pilihan perawatan.
“Pejabat telah meminta orang-orang yang ingin menjalani tes untuk dirawat di rumah sakit sebelum menjalani tes swab, yang menyebabkan kekurangan tempat tidur pasien," kata Kyaw Min Tun, yang menjalankan klinik di Yangon.
ADVERTISEMENT
Sementara itu menurut Kepala Menteri Yangon Phyo Min Thein ia berharap wabah itu dapat dikendalikan dalam waktu tiga minggu.
Petugas menyelesaikan fasilitas karantina untuk pasien virus corona di lapangan sepak bola di Yangon, Myanmar. Foto: Shee Paw Mya Tin/Reuters
Dia mengatakan masih ada ratusan tempat di pusat karantina yang dikelola pemerintah yang menjadi tempat suspect dan orang-orang yang pernah kontak dengan kasus positif.
Sebagian warga mengeluhkan kondisi yang buruk di fasilitas kesehatan seperti kekurangan air, termasuk pasien yang dites positif COVID-19 harus berbagi kamar dengan mereka yang belum di tes.
Seorang pekerja memasang tempat tidur di dalam fasilitas karantina untuk pasien virus corona di lapangan sepak bola di Yangon, Myanmar. Foto: Shee Paw Mya Tin/Reuters
Myanmar melaporkan 307 kasus baru COVID-19 pada Selasa (15/9), jumlah korban harian tertinggi sejak dimulainya pandemi pada bulan Maret.
Sementara Rabu (16/9) dilaporkan 134 kasus baru. Sehingga total kasus infeksi corona sebanyak 3.636 kasus dan 39 kematian.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT