news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Haiti Rusuh, Polisi Bentrok dengan Pedemo dan Jurnalis Dilempari Gas Air Mata

11 Februari 2021 8:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria melemparkan tabung gas air mata ke arah polisi saat protes terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise, di Port-au-Prince, Haiti. Foto: Jeanty Junior Augustin/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria melemparkan tabung gas air mata ke arah polisi saat protes terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise, di Port-au-Prince, Haiti. Foto: Jeanty Junior Augustin/Reuters
ADVERTISEMENT
Kerusuhan pecah di Port-au-Prince, Haiti, pada Rabu (10/2) waktu setempat. Polisi dan massa pedemo yang memprotes masa jabatan Presiden Jovenel Moise bentrok. Sedangkan jurnalis yang meliput aksi demo itu dilempari gas air mata.
ADVERTISEMENT
Kerusuhan tersebut menandai krisis politik negara yang terletak di Kepulauan Karibia itu. Dikutip dari AFP, massa pedemo menuding Moise memperpanjang masa jabatannya secara ilegal.
Massa pedemo dan kubu oposisi menilai masa jabatan Moise seharusnya berakhir pada 7 Februari 2021. Namun Moise mengatakan masa akhir jabatannya pada 7 Februari 2022.
Polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstran saat protes terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise, di Port-au-Prince, Haiti. Foto: Jeanty Junior Augustin/Reuters
Polisi Haiti kemudian bergerak membubarkan demo tersebut. Dalam beberapa kali kesempatan, polisi secara langsung menargetkan pers, termasuk jurnalis AFP, dengan menembakkan gas air mata.
"Mereka menembaki para pedemo, melempar gas air mata ke semua awak pers," kata seorang pedemo, Senat Andre Dufot.
"Kami semua melihat mereka (polisi) meletakkan tabung gas air mata di bagian belakang mobil TV Pacific," kata Dufot.
Protes terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise, di Port-au-Prince, Haiti. Foto: Jeanty Junior Augustin/Reuters
Dalam sebuah pernyataan, Asosiasi Jurnalis Haiti kemudian meminta Kepolisian Nasional Haiti untuk "menyelidiki dan mengidentifikasi para oknum tersebut. Sehingga mereka dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka,".
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Moise mengeklaim telah menggagalkan upaya kudeta dan pembunuhannya. Polisi pun menangkap 23 orang, termasuk hakim Mahkamah Agung Haiti, Yvickel Dieujuste Dabresil, pada 7 Februari. Moise menuduh mereka melakukan "percobaan kudeta".
Dabresil kemudian dibebaskan dari penjara di pinggiran ibu kota Haiti, tetapi tetap di bawah pengawasan pengadilan.
Kerusuhan saat protes terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise, di Port-au-Prince, Haiti. Foto: Jeanty Junior Augustin/Reuters
Upaya Moise tersebut mendapat dukungan dari Amerika Serikat. Namun dalam sebuah pernyataan di Twitter, Kedutaan Besar AS di Port-au-Prince mengatakan, pihaknya "sangat prihatin tentang tindakan apa pun yang berisiko merusak lembaga demokrasi di Haiti."