Hamas Tak Mau Gencatan Senjata Jika Israel Masih Serang Rafah

8 Mei 2024 11:52 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina memeriksa sebuah rumah yang rusak akibat serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza (7/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina memeriksa sebuah rumah yang rusak akibat serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza (7/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pejabat Hamas Osama Hamdan mengancam Israel pada Selasa (7/5). Dia menegaskan, tidak akan ada kesepakatan gencatan senjata bila Israel terus menyerang Rafah.
ADVERTISEMENT
Israel menyerang Rafah pada awal pekan ini. Kawasan itu menjadi tempat penampungan jutaan pengungsi yang berlindung dari serangan Israel tujuh bulan terakhir.
Menurut Hamas, Israel mesti tanggung jawab atas gagalnya gencatan senjata di Gaza. Aksi Israel menyerang Rafah menyebabkan ratusan ribu warga Gaza kehilangan tempat tinggal dan terancam kelaparan.
Terkait gencatan senjata, Israel menyebut kesepakatan itu tak masuk akal. Israel mengatakan, Hamas meminta penarikan pasukan dari Gaza sama saja mereka menyerah dari pertempuran.
Warga Palestina membongkar tenda setelah perintah evakuasi oleh tentara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (6/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
Israel pada pekan ini menyerang Rafah lewat udara dan tank setelah sebelumnya meminta pengungsi Gaza angkat kaki. Akibatnya perbatasan di Rafah yang kerap digunakan untuk masuknya bantuan kemanusiaan kini dikuasai Israel.
Sementara salah satu mediator krisis Gaza Amerika Serikat (AS) mengusulkan amandemen usulan gencatan. Diyakini amandemen gencatan senjata dapat mengakhiri kebuntuan kesepakatan.
ADVERTISEMENT
"Teks kesepakatan, sebagaimana telah diubah, menunjukkan kesenjangan sepenuhnya bisa ditutup," kata juru bicara Gedung Putih John Kirby seperti dikutip dari Reuters.