Hasil Referendum: Rakyat Kaledonia Baru Putuskan Tetap Bersama Prancis

4 November 2018 20:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Referendum Kaledonia Baru (Foto: THEO ROUBY / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Referendum Kaledonia Baru (Foto: THEO ROUBY / AFP)
ADVERTISEMENT
Rakyat Kaledonia Baru telah menyelesaikan proses referendum penentuan nasib kedaulatan mereka. Setelah seluruh suara dihitung kepulauan yang berada di Samudera Pasifik itu menyatakan tetap menjadi bagian dari Prancis.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil perhitungan akhir yang diberitakan AFP, hanya 80 persen dari 175 pemilih terdaftar menggunakan suaranya. Dari jumlah itu, sebanyak 56,4 persen pemilih menolak Kaledonia Baru menjadi negara merdeka. Jumlah ini lebih kecil dari yang diperkirakan kelompok loyalis Prancis.
Hasil ini langsung ditanggapi Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dia merasa bangga karena referendum ini telah menunjukkan ada langkah bersejarah bersama yang telah diambil.
"Ini adalah tanda ada kepercayaan diri dalam Republik Prancis, dalam masa depannya dan nilai-nilainya," kata Macron dalam pidato kenegaraanya yang disiarkan televisi nasional, Minggu (4/11).
Sedangkan kelompok pro-kemerdekaan Kaledonia Baru, Front Pembebasan Sosialis Nasional Kanak (FLNKS), masih optimis akan merdeka suatu saat. Terlebih, masih ada dua kesempatan referendum ulang pada 2020 dan 2023.
Referendum Kaledonia Baru (Foto: THEO ROUBY / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Referendum Kaledonia Baru (Foto: THEO ROUBY / AFP)
Selain itu, beberapa tempat pemungutan suara yang menunjukkan keinginan untuk merdeka dalam rentang 63 persen hingga 75 persen. "Setidaknya orang Kanak telah sadar bahwa mereka harus menunjukkan keinginannya untuk merdeka," kata Kepala FLNKS Alosio Sako setelah hasil referendum diumumkan.
ADVERTISEMENT
Kaledonia Baru menjadi koloni Prancis pada 1853. Selain menjadi kawasan strategis Prancis di Pasifik, Kaledonia Baru adalah salah satu kawasan penghasil nikel terbesar di dunia. Seperempat suplai bahan komponen elektronik itu berasal dari daerah ini.
Referendum di Kaledonia Baru sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Pada 2014, referendum sudah pernah digelar. Kala itu mayoritas warga kepulauan itu juga masih ingin menjadi bagian dari Prancis.
Dalam beberapa tahun belakangan, Prancis mendapat tekanan dari koloninya. Selain Guyana Prancis yang terletak di Amerika Selatan dan Mayotte yang juga berada di Pasifik sempat melancarkan protes kepada Pemerintah Prancis. Mereka merasa standar hidupnya lebih buruk ketimbang warga Prancis di Eropa.