Hasil Survei Antibodi Luar Biasa Bukti Tes Corona RI di Masa Lalu Jeblok

7 Desember 2021 16:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 pada warga di Jakarta, Selasa (2/11/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 pada warga di Jakarta, Selasa (2/11/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Hasil survei serologi untuk melihat seberapa banyak masyarakat Indonesia yang telah memiliki antibodi terhadap COVID-19 disebut menunjukkan hasil yang sangat tinggi. Bahkan ahli menyebut luar biasa.
ADVERTISEMENT
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian bahkan menyebutkan bahwa Indonesia kemungkinan sudah mencapai herd immunity. Akan tetapi, hal tersebut menunjukkan sisi lain dari pendeteksian kasus corona beberapa waktu lalu.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan, banyaknya masyarakat yang memiliki antibodi COVID-19 dari hasil survei serologi tersebut berarti terjadi akibat jebloknya testing. Sebab, jumlah kasus yang tercatat jauh lebih sedikit dari temuan hasil survei.
"Oh iya, betul. Makanya menunjukkan deteksi kita selama ini melalui testing sangat rendah. Jadi sekaligus menunjukkan kita surveilans tidak bagus. Bagus hanya kasus memuncak juni juli sebelumnya kita tidak mampu mendeteksi," kata Windhu kepada kumparan, Selasa (7/12).
Rendahnya cakupan testing merupakan pembelajaran dari masa lalu. Kini pemerintah telah meningkatkan cakupan testing hingga mencapai 150-200 ribu orang per hari.
ADVERTISEMENT
"Enggak apa-apa itu masa lalu. Kita sekarang melakukan yang lebih benar. Jadi menunjukkan kita sudah lebih aman tapi karena kelengahan kita kemarin dan menghasilkan korban yang tinggi," ujar Windhu.
Pemerintah baru akan mengumumkan hasil survei tersebut pada minggu ketiga bulan Desember ini. Hasil survei juga akan digunakan sebagai dasar dalam penentuan kebijakan penanganan pandemi COVID-19.