Heboh Kabar Bayi di Blora Meninggal Karena Harus Rapid Test Sebelum Dirawat

9 September 2020 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Ramai seorang bayi yang disebut di Cepu, Blora, Jawa Tengah, diduga meninggal karena harus menjalani rapid test sebelum ditangani dokter. Video tersebut diunggah di grup Facebook Info Gilimanuk Bersatu pada Selasa (8/9).
ADVERTISEMENT
Akun Facebook bernama Burhan F-four itu mengaku bayi yang meninggal tersebut merupakan keponakannya. Akan tetapi, unggahan tersebut telah dihapus.
Akun tersebut menuliskan: Korban rapid tes. Belum sempat diperiksa sama dokter karna harus rapid dulu. Alhasil tepat tadi pagi jam 05:00 WIB tanggal 8 September 2020 tepatnya di Jawa Tengah, Kabupaten Blora, Kota Cepu. Keponakan saya meninggal. Saya tidak menyalahakan para dokter karna semua sudah takdir tuhan. Tapi setidaknya para dokter harus bisa lihat kondisi dan situasi. Saya memposting ini tidak bermaksut cari sensasi di medsos. Harapan sya smoga para dokter indonesia dan menkes bisa liat dan membaca postingan saya ini dan tidak lagi ada korban rapid. Ya allah semoga para ikatan dokter dan mentri kesehatan menghapus rapid sbagai syarat admin dll yaallah.
ADVERTISEMENT
Sebelum dihapus, unggahan itu telah dibagikan sebanyak 492 kali dan mendapatkan 106 komentar dari pengguna Facebook.
Terkait video tersebut, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Henny Indriyanti, mengaku belum mendapatkan laporan adanya bayi yang menjadi korban rapid tes di RS Blora.
"Langsung ke direkturnya aja, saya belum mendapatkan laporan," kata dokter Henny kepada wartawan, Rabu (9/9).
Saat dikonfirmasi, Direktur RSUD dr R Soetijono Blora, Nugroho Adiwarso, mengatakan pihaknya telah menelusuri bayi tersebut karena sudah viral di media sosial.
"Di rumah sakit RSUD dr R Soetijono tidak ada, barusan saya lacak. Yang di Cepu coba, saya nggak tahu yang disana," ucap Nugroho.
Sementara itu, Direktur RSUD dr R Soeprapto Cepu, Fatkhur Rokhim, mengatakan ia mendapatkan kabar itu dari Nugroho. Ia kemudian mengecek laporan di UGD.
ADVERTISEMENT
"Tadi seharian saya di kantor tidak dapat informasi. Ini saya lacak dulu di catatan-catatan UGD," katanya.
Lebih lanjut, Fatkhur menjelaskan, rapid test menjadi standar yang dilakukan terlebih dahulu kalau ada pasien yang mau rawat inap atau masuk UGD. Sementara itu, pasien yang rawat jalan tidak di rapid test.
"Pada dasarnya begitu. Hal itu dilakukan untuk mengurangi risiko-risiko," pungkasnya.