Hilal Tak Terlihat di Seluruh RI, Lebaran 2020 Jatuh pada Minggu, 24 Mei

22 Mei 2020 18:39 WIB
comment
38
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustari melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
zoom-in-whitePerbesar
Ilustari melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
ADVERTISEMENT
Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya, melaporkan hasil pemantauan hilal (awal bulan) di berbagai titik di Indonesia untuk menentukan 1 Syawal 1441H.
ADVERTISEMENT
Dari laporan yang diterima, tidak ada referensi empiris visibilitas (ketampakan) hilal yang bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari Jumat (22/05) ini. Artinya awal bulan Syawal akan jatuh pada Minggu (24/5).
Hal ini disampaikan Cecep saat memaparkan data posisi hilal menjelang awal bulan Syawal 1441H/2020M pada Sidang Isbat Awal Syawal 1441H, di Jakarta.
“Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” terang Cecep, Jumat (22/05).
Cecep menuturkan, Kementerian Agama melalui Tim Falakiyah melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, Sidang Isbat Awal Syawal 1441H hanya dihadiri secara fisik oleh Menteri Agama Fachrul Razi, Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Komisi VIII Yandri Susanto, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, dan Direktur Jenderal Bimas Islam Kamaruddin Amin.
ADVERTISEMENT
Sementara para pimpinan ormas, pakar astronomi, Badan Peradilan Agama, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama lainnya mengikuti jalannya sidang isbat melalui media konferensi video.
Menurut Cecep, penetapan awal bulan hijriah didasarkan pada hisab dan rukyat hilal. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. “Saat ini, kita sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya,” terang Cecep dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/5).
“Secara hisab, awal Syawal 1441H jatuh pada hari Minggu. Ini sifatnya informasi, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat,” tambahnya.
Dikatakan Cecep, rukyat adalah observasi astronomis. Karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Cecep mengatakan bahwa kalau ada referensinya diterima, sedang kalau tidak berarti tidak bisa dipakai.
Ilustrasi pemantauan hilal. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Posisi hilal awal Syawal 1441 H
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal 1441H atau pada 29 Ramadhan 1441H yang bertepatan dengan 22 Mei 2020, di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 4,00 derajat; jarak busur bulan dari matahari: 5,36 derajat; umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.
Sementara itu, lanjut Cecep, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal tinggi hilal dua derajat, elongasi minimal 3 derajat, dan umur bulan minimal delapan jam setelah terjadi ijtima'.
"Ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS," tuturnya.
Sehubungan itu, kata Cecep, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Cecep, juga tidak ada referensi pemilik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.
Menurut Cecep, Limit Danjon menyebutkan bahwa hilal akan tampak jika jarak sudut bulan – matahari lebih besar dari 7 derajat.
Konferensi penyatuan awal bulan Hijriah International di Istanbul tahun 1978 mengatakan bahwa awal bulan dimulai jika jarak busur antara bulan dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada saat matahari tenggelam lebih besar dari 5 derajat.
Sementara rekor pengamatan bulan sabit dalam catatan astronomi modern adalah hilal awal Ramadhan 1427H di mana umur hilal 13 jam 15 menit dan berhasil dipotret dengan teleskop dan kamera CCD di Jerman. Bahkan, dalam catatan astronomi modern, jarak hilal terdekat yang pernah terlihat adalah sekitar 8 derajat dengan umur hilal 13 jam 28 menit. Hilal ini berhasil diamati oleh Robert Victor di Amerika Serikat pada 5 Mei 1989 dengan menggunakan alat bantu binokulair atau keker.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Kemenag belum menentukan 1 Syawal karena menunggu pengamatan awal bulan menggunakan teleskop di berbagai daerah dan sidang isbat, PP Muhammadiyah sudah lebih dulu menentukan 1 Syawal pada Minggu (24/5).
Muhammadiyah menentukan awal bulan berdasarkan metode perhitungan (hisab) secara astronomis, yang sudah lama diyakini Muhammadiyah.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Saksikan video menarik di bawah ini: