Hujan Deras dan Suara Letusan Anak Krakatau Usai Tsunami Menerjang

23 Desember 2018 4:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). (Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED)
zoom-in-whitePerbesar
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). (Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED)
ADVERTISEMENT
Kawasan Pantai Anyer, Provinsi Banten, diguyur hujan deras usai diterjang tsunami. Gemuruh akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang menjadi penyebab pemicu tsunami juga masih terdengar.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan di lokasi, hujan lebat mulai mengguyur pada pukul 01.30 WIB. Saat itu warga di sekitar Anyer tengah menyelamatkan diri ke tempat aman. Hujan berlangsung selama lebih dari 1,5 jam dan warga masih terus berjaga.
Gelombang tsunami menerjang pesisir Anyer pada Sabtu (22/12) sekitar pukul 21.15 WIB. Awalnya BMKG menyebut gelombang tinggi ini disebabkan air laut pasang. Namun setelah mengumpulkan data seismik serta aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau, BMKG memastikan naiknya air laut merupakan tsunami.
"Kami butuh waktu analisis apakah kenaikan itu air pasang fenomena atmosfer. Ada gelombang tinggi dan bulan purnama, namun ternyata kami analisis gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Suara gemuruh yang terus muncul berasal dari aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Gunung Anak Krakatau diketahui aktif sejak Juli lalu masih terus mencatatkan aktivitas vulkanik. BMKG dan Badan Geologi akan memastikan secara pasti bagaimana Gunung Anak Krakatau memicu tsunami yang menerjang Banten dan Lampung.
ADVERTISEMENT
Akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih berlangsung, masyarakat diimbau untuk menghindari wilayah pesisir pantai.
"Tsunami terdeteksi cukup jauh sampai ke Bandar Lampung, Cilegon, Banten, Serang, energinya cukup tinggi sehingga paling penting bagi masyrakat tetap tenang mohon jangan berada di pantai yang Selat Sunda. Baik di Lampung, Banten jangan kembali dulu karena pemicunya ini masih diduga," kata Dwikorita.