Karnaval Kemerdekaan- Idham Chalid

Idham Chalid, Tokoh NU dalam 3 Zaman di Uang Rp 5.000

6 Agustus 2021 7:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Wajah KH. Dr. Idham Chalid terpampang di uang Rp 5.000. Idham adalah seorang ulama dan politikus muslim yang dikenal sebagai ’tokoh tiga zaman‛. Yakni, zaman kemerdekaan, Orde Lama, dan Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Idham sendiri lahir dari pasangan H. Muhammad Chalid dan Hj. Umi Hani di Setui, Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1922. Ayahnya merupakan pengurus Sarekat Islam dan NU. Praktis, Idham sudah mengenal NU bahkan sebelum genap berusia 10 tahun.
Nama Idham Khalid mulai dikenal ulama-ulama NU ketika berpidato menggantikan KH. Wahid Hasyim di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sejak saat itu, karir Idham di NU semakin berkembang.
Idham, misalnya, mulai diangkat sebagai Pengurus Besar (PB) Ma’arif NU dan aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Kiprahnya itu lalu membawanya menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 1956.
Idham Chalid. Foto: Dok. Istimewa
Saat menjadi ketua umum, usia Idham baru 34 tahun. Ia memimpin ormas Islam terbesar di Indonesia itu selama 6 periode (1956-1984) atau 28 tahun.
ADVERTISEMENT
Idhan pun banyak memberikan pemikiran-pemikirannya untuk NU. Salah satunya tentang ilmu ke-NU-an yang menurutnya ada tiga perkara. Pertama, ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah/Aswaja. Kedua, sistem perjuangan yang dipimpin berakhlak ulama. Ketiga, kepribadian yang tradisional/konvensional.
Perjuangan Idham Chalid untuk NU bisa dibilang besar. Ia mampu membawa NU melewati masa-masa kritis. Di antaranya, menerima demokrasi terpimpin, nasakom dan masa-masa dekrit 1959 tepatnya pada masa kepemimpinan Soekarno.
Kala itu, banyak ulama NU yang tak setuju dengan demokrasi terpimpin ala Soekarno. Namun, Idham tetap teguh pada pendiriannya setuju dengan konsep tersebut. Hal itu dilakukannya agar NU tetap bisa berada di panggung politik Indonesia.
Infografik Pahlawan di Mata Uang Indonesia. Foto: Tim Kreatif kumparan
Pada tahun 1966, kekuasaan Orde Lama Beralih menjadi Orde Baru. Dua peristiwa penting pun mempengaruhi keberlangsungan hidup NU, yaitu pemilu 1971 dan fusi partai Islam. Idham yang saat itu masih menjadi pemimpin umum NU melakukan kampanye di Surabaya. Berkat usahanya, NU berhasil memperoleh podium kedua di bawah Golkar.
ADVERTISEMENT
Lima tahun kemudian, NU harus menghadapi isu perombakan struktur politik, penyederhanaan partai, dan perubahan orientasi pembangunan politik di Indonesia. Hasilnya, NU tergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) melalui “Deklarasi Penggabungan” pada 5 Januari 1973.
Deklarasi itu diumumkan oleh Presidium Kelompok Persatuan Pembangunan yang ditandatangani Idham Chalid (NU), H.M.S. Mintaredja (Parmusi), Anwar Tjokroaminoto (PSII), Rusli Halil (Perti), dan Masykur (NU). Idham lalu dipercaya menjadi Deklarator dan Presiden pertama PPP.
Uang lima ribu Rupiah. Foto: Bank Indonesia
Meski begitu, kiprah Idham tak melulu politik. Alih-alih itu, Idham juga sangat peduli dengan pendidikan. Sejarah mencatat bahwa Idham merupakan salah seorang pendiri Universitas NU di Indonesia. Ia bahkan menjabat sebagai rektor pertamanya pada periode 1958-1975.
Saat menjabat Wakil Perdana Menteri RI, Idham juga tercatat menjadi pelindung dan penasihat Panitia Persiapan Pembentukan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (1958). Sementara saat menjadi Menko Kesra, yang membawahi pendidikan, sosial, dan agama, Ia memberikan saran ke Menteri Agama Mukti Ali agar di setiap provinsi dibuka Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
ADVERTISEMENT
Bagi Idham, pendidikan di lingkungan warga nahdliyin merupakan usaha untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Ia mengarahkan pendidikan NU untuk menciptakan manusia Indonesia yang sanggup beramal shaleh dan bertakwa, serta mau memberikan darmabaktinya kepada masyarakat .
Bangunan Masjid Istiqlal tempo dulu. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
Di era Soeharto, Idham dipercaya sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal yang baru. Masjid dengan arsitektur bergaya modern itu pun akhirnya selesai pada 31 Agustus 1967 dan diresmikan pada 22 Februari 1978 oleh presiden Soeharto. Masjid ini yang berdekatan dengan Gereja Katedral itu mengingatkan kita agar menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan beragama di Indonesia.
Idham wafat pada pada 11 Juli 2010 dalam usia 88 tahun. Ia dikebumikan di kompleks Pondok Pesantren Darul Qur’an Cisarua Bogor. Pada 8 November 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menobatkan Idham sebagai pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT
***
Konten ini merupakan bagian dari Karnaval Kemerdekaan 2021 yang digelar kumparan. Keseruan puncak acara Karnaval Kemerdekaan dapat disaksikan melalui live streaming pada 17 Agustus 2021 pukul 12.00 WIB di platform dan channel YouTube kumparan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten