IDI: Inggris 3 Kali Lockdown, tapi Kasus COVID-19 Lebih Banyak dari Indonesia

8 Februari 2021 14:16 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan memulai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro di sebagian Jawa-Bali per 9 Februari pada masa pandemi COVID-19. Ada sejumlah aturan yang berbeda dengan PPKM.
ADVERTISEMENT
Misalnya work from home (WFH) kini boleh 50 persen, sebelumnya 25 persen. Mal boleh buka sampai pukul 21.00 WIB, dengan catatan protokol kesehatan diperketat.
Terkait hal ini, Ketua Satgas COVID-19 IDI Prof Zubairi Djoerban memiliki pandangannya. Ia pun membandingkan kebijakan pembatasan Indonesia dengan negara lain.
"Jadi intinya Inggris misalnya sudah 3 kali lockdown. Namun Inggris yang lebih dikit dari kita penduduknya, yang kena COVID-19 lebih tinggi," kata Zubairi dalam diskusi virtual Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Senin (8/2).
Artinya banyak sekali yang lockdown di Eropa, sebagian besar juga diulang. Hasilnya juga tidak begitu bagus.
"Memang ada juga lockdown yang berhasil baik di Beijing, Wuhan kemudian di New Zealand, Australia. Namun artinya kita dengan penduduk yang sekitar 270 juta ini saat ini ada di ranking nomor 19. Artinya tidak tidak buru-buru amat apalagi negara kita adalah negara terbesar penduduknya nomor 4 setelah China, India, Amerika," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku tetap optimistis dengan kebijakan pembatasan di Indonesia tanpa lockdown. Yang terpenting dalam implementasinya semua bekerja sama dengan baik.
"Tapi selama tolong diingat beberapa kali Presiden ngomong ppkm ga efektif kagak bener karena masalah implementasi. Implementasi itu diulang berkali-kali maka PPKM mikro juga sami mawon kalau implementasinya tidak baik, tidak disiplin, semua orang tidak merasa terkait. Hanya untuk persoalan waktu aja kita bisa gagal," urainya.
"Artinya PPKM mikro bagus asal dikerjakan dengan baik dan benar dan asal bukan hanya satu kebijakan saja. Tetapi juga dengan kebijakan yang lain untuk melawan penyakit yang satu ini. Termasuk vaksinasi, cuci tangan, pakai masker, jangan keluar rumah kalau nggak perlu banget dan seterusnya," tutup dia.
ADVERTISEMENT