news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

IDI: Tracing di Bali Rendah, Oksigen dan Isoter Terbatas, serta Obat Langka

4 Agustus 2021 18:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua IDI Bali I Gede Putra Suteja usai diperiksa sebagai saksi terkait kasus Jerinx, di PN Denpasar, Selasa (13/10).  Foto: Denita br Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua IDI Bali I Gede Putra Suteja usai diperiksa sebagai saksi terkait kasus Jerinx, di PN Denpasar, Selasa (13/10). Foto: Denita br Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua IDI Bali dr Gede Putra Suteja membeberkan sejumlah kendala dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Pulau Dewata. Kasus corona di Bali meningkat sejak Juni 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
Suteja menuturkan, saat ini rata-rata kasus harian di Bali mencapai 1.000 lebih namun tingkat tracingnya masih rendah. Penelusuran kontak terhadap satu kasus hanya 3 sampai 5 orang.
"Data-data (kasus corona) meningkat, kenapa meningkat karena tracingnya kecil, tracingnya rendah, kasus aktifnya 19 ribu, 1 pasian tracingnya 3 sampai 5 orang padahal standar WHO kan 1:25 persen," kata dia dalam dalam keterangan pers secara virtual terkait update angka kematian dokter yang dihimpun Tim Mitigasi PB IDI, Rabu (4/8).
Ia menuturkan, tempat isolasi terpusat (isoter) dan ICU di Bali hampir penuh dan terbatas. Berdasarkan data Satgas COVID-19, Bali memiliki 30 tempat isoter. Dari 3.258 bed sudah 2.302 bed atau 70,66 persen yang terisi dan sisa 959 atau sekitar 29,34 persen.
ADVERTISEMENT
"Dapat kami sampaikan Ketua IDI Jembara minta tolong, syukur dapat di Tabanan. Ketua IDI Klungkung nelpon saya, "Bli bisa enggak ambilkan tempat? Syukur saya ada RSPTN cari ICU," kata Suteja.
Ia mengatakan, sejumlah rumah sakit di Bali sempat mengalami keterbatasan oksigen. Tindakan bedah ditunda sampai batas belum ditentukan.
Bahkan, beberapa Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sempat membeli ke Semarang dan NTB. Saat ini, distribusi oksigen dikendalikan Satgas COVID-19 Bali.
"Memang tempat isolasi kita terbatas, ICU terbatas sehingga memang, apalagi oksigen terbatas. Karena konsumsi, kebutuhan supply dan demand tidak seimbang sehingga beberapa teman-teman Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan Satgas sampai membeli oksigen ke luar daerah," ujar Suteja.
"Ketua IDI Badung menyatakan datang dari Semarang, dari NTB dapat di awal, tapi Gubernur NTB melarang ngirim ke Bali. Kita masalahnya di sana," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga mendapatkan laporan dari sejumlah fasilitas kesehatan di Bali mengenai kelangkaan obat. Terutama obat antivirus. Menurut Suteja, pasokan obat tersedia di TNI untuk mengatasi hal ini.
"Selanjutnya keterbatasan obat juga, jujur keterbatasan obat di paket obat terutama obat antiviral itu langka di lapangan, memang kita sedang mendata teman-teman yang perlu obat karena kita ketahui banyak teman yang butuh obat, obatnya terbatas," kata Suteja.