news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ikhtiar Menemukan CVR Sriwijaya Air: Lumpur Tebal hingga Arus Bawah Laut Kencang

18 Januari 2021 6:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panglima Koarmada I Laksmana Muda TNI AL Abdul Rasyid (kiri) menunjukan kotak penyimpanan memori dari perekam suara kokpit atau CVR Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (15/1). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Panglima Koarmada I Laksmana Muda TNI AL Abdul Rasyid (kiri) menunjukan kotak penyimpanan memori dari perekam suara kokpit atau CVR Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (15/1). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Tim penyelam masih terus berupaya menemukan bagian memori dari Cockpit Voice Recorder (CVR) Sriwijaya Air. Hingga hari ke-9 pencarian, salah satu bagian black box itu belum juga ditemukan.
ADVERTISEMENT
Tim penyelam sebenarnya sudah berhasil memetakan posisi keberadaan CVR di perairan Kepulauan Seribu antara Pulau Lancang dan Pulau Laki. Tapi, untuk menemukannya, tak semudah itu.

CVR Sriwijaya Air Tak Pancarkan Sinyal, Basarnas Maksimalkan ROV

Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan dan Kesiapsiagaan Basarnas, Mayjen TNI Bambang Suryo Aji, mengatakan memori CVR Sriwijaya Air tak lagi memancarkan sinyal karena underwater locator beacon sudah ditemukan bersama dengan FDR. Oleh sebab itu pihaknya akan memaksimalkan penggunaan Remotely Operated Underwater Vehicle (ROV) untuk proses pencarian.
Robot bawah laut atau 'Remotely Operated Vehicle (ROV)' diturunkan dari KRI Rigel-933 untuk melakukan pencarian korban dan puing dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
“Persoalannya sinyalnya yang ada di CVR itu sudah tidak memunculkan sinyal, sehingga pencarian dengan pinger locator ini sudah tidak bisa seperti itu. Yang efektif adalah dengan menggunakan ROV, kerja ROV,” kata Bambang di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (17/1).
ADVERTISEMENT
Penggunaan robot ROV, kata dia, akan dimaksimalkan khususnya pada waktu malam hari, saat para penyelam menghentikan aktivitas pencariannya. Sebab, sonar yang dikeluarkan ROV sangat berbahaya bagi penyelam.
Kondisi dasar laut yang sudah tak ada penyelam juga diharapkan membuat jarak pandang lebih baik. Sehingga ROV dapat menangkap gambar lebih baik sebagai acuan tim penyelam untuk mengangkat black box.
“Itu maksimal bisa dilaksanakan yang terbaik adalah pada saat malam hari ketika tim penyelam sudah berkurang dia membutuhkan suasana di kedalaman itu yang jernih. Sehingga bisa maksimal melihat barang-barang yang ada di bawah,” ujarnya.
Sejumlah tas berisi bagian tubuh korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, di pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Kamis (14/1). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Bambang mengatakan pihaknya akan melihat hasil pencarian besok sebelum melakukan evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, akan ditentukan apakah operasi pencarian bakal dilakukan atau tidak.
ADVERTISEMENT
“Kita melihat hasil nanti karena kan perpanjangan pertama itu kan sampai dengan hari Senin. Nanti akan kita evaluasi bagaimana, apakah mau diperpanjang atau tidak. Menunggu hasil evaluasi besok,” kata Bambang di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (17/1).
Bambang menyebut, pihaknya juga mengalami kendala terkait proses pencarian. Salah satunya faktor cuaca yang membuat arus di bawah laut sangat kencang sehingga mempengaruhi proses pencarian CVR pesawat.
“Cuaca yang menjadi persoalan sekarang adalah memang cuaca, karena di tempat lokasi itu selain angin dan arus bawah itu yang cukup kencang mempengaruhi kita untuk melaksanakan pencarian khususnya untuk pencarian CVR maupun bagian body part,” kata dia.
Penyelam Marinir mencari CVR Sriwijaya Air. Foto: Korps Marinir TNI AL

Kendala Pencarian CVR Sriwijaya Air SJ 182, Arus Laut Hingga Gerakan Penyelam

Pangkoarmada 1, Laksda Abdul Rasyid membeberkan beberapa kendala terkait rumitnya pencarian CVR ini. Mulai dari arus air laut hingga aktivitas para penyelam.
ADVERTISEMENT
"Arusnya sekarang 2,5 knot. Kemudian di sana banyak penyelam yang cari. Itu banyak penyelam membuat riak-riak," kata Abdul kepada wartawan di atas KRI Rigel, Jumat (15/1).
Riak air tersebut menyebabkan sensor yang ada di beberapa kapal sedikit terganggu. Padahal, benda yang dicari berukuran kecil.
Maka, setelah pencarian manual diselesaikan, Abdul segera berkoordinasi dengan kapal Baruna Jaya untuk mencari kepingan logam tersebut.
"Jadi begitu penyelam kita naik jam 17.00 WIB, Baruna Jaya akan kembali bergerak untuk mencari logam-logam yang diperkirakan CVR atau logam lain yang dibutuhkan untuk investigasi kecelakaan ini," ucap Abdul.