Imbas Krisis Biaya Hidup, Anak Sekolah di Inggris Sampai Makan Penghapus

27 September 2022 11:56 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekolah di, Inggris. Foto: Reuters/EDDIE KEOGH
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah di, Inggris. Foto: Reuters/EDDIE KEOGH
ADVERTISEMENT
Gambar memilukan tentang anak-anak yang begitu lapar hingga terpaksa memakan penghapus atau bersembunyi di taman bermain, lantaran tidak mampu membeli makan siang terdengar dari sekolah-sekolah seiring krisis biaya hidup mencengkeram Inggris.
ADVERTISEMENT
Musim dingin mendatang hanya akan semakin mencekik para keluarga dengan tagihan biaya energi yang melambung.
Rumah tangga akan terdesak untuk memilih antara menyalakan pemanas atau membeli makanan. Sebelum situasi terburuk itu tiba, anak-anak bahkan sudah menanggung imbasnya dari sekarang.
Disadur dari The Guardian, Chefs in Schools mengadakan survei tentang kemiskinan pangan di sekolah-sekolah. Badan amal itu berfokus pada pelatihan ulang bagi koki-koki di dapur sekolah. Pihaknya mengungkapkan, banyak sekolah melaporkan pola serupa terkait anak-anak yang mengalami kelaparan.
Anak-anak berpura-pura makan dari kotak bekal yang kosong, sedangkan yang lainnya bahkan mengunyah penghapus karena tidak ingin temannya mengetahui keadaan mereka di rumah.
"Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan penghapus di sekolah," ujar kepala eksekutif Chefs in Schools, Naomi Duncan.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak masuk sekolah meski belum makan apa pun sejak makan siang sehari sebelumnya. Pemerintah harus melakukan sesuatu," tegas dia.
com-Bekal Sekolah Foto: Shutterstock
Inggris sebenarnya memberikan makan siang gratis bagi murid taman kanak-kanak yang didanai negara. Mereka mendapatkan manfaat dari program itu sejak kelas penerimaan sampai tahun kedua sekolah.
Namun, Child Poverty Action Group menemukan, 800 ribu anak yang hidup dalam kemiskinan tidak bisa menerimanya. Sebab, program tersebut hanya berlaku bagi anak-anak yang orang tuanya memiliki penghasilan tahunan kurang dari GBP 7.400 (Rp 121 juta).
Sekolah-sekolah lantas mengeruk anggaran untuk memberikan makanan bagi anak-anak. Serikat-serikat guru turut mendesak pemerintah menjangkau keluarga yang menerima jaminan sosial.
"Ini benar-benar memilukan bagi koki kami. Mereka secara aktif keluar dan mencari anak-anak yang bersembunyi di taman bermain karena mereka pikir mereka tidak bisa mendapatkan makanan, dan memberi mereka makan," ungkap Duncan.
ADVERTISEMENT
Guru-guru pun harus berjuang mengatasi kelaparan tanpa uluran tangan dari pemerintah. Bagaimanapun juga, anak-anak terlalu lapar untuk dapat berkonsentrasi di kelas mereka. Sejumlah guru lantas membeli pemanggang roti demi membagikan sarapan bagi murid.
"Pemerintah tahu bahwa ketika anak-anak muncul di pagi hari dalam keadaan lapar dan kedinginan, sekolah akan turun tangan dan membantu. Tetapi tidak benar bahwa itu diserahkan kepada kami tanpa dukungan tambahan," jelas presiden serikat pekerja National Association of Headteachers, Paul Gosling.
Ilustrasi sekolah. Foto: Shutter Stock
Gosling menggarisbawahi, sekolah-sekolah akan terperosok dalam defisit ketika membantu keluarga yang putus asa. Pasalnya, tagihan energi melonjak dan kenaikan upah guru tidak didanai pemerintah.
Para kepala sekolah menyambut pengumuman pemerintah untuk membatasi harga listrik dan gas bagi institusi pendidikan. Inisiatif tersebut memangkas GBP 4.000 (Rp 65 juta) bagi sekolah yang membayar biaya energi per bulan hingga GBP 10.000 (Rp 163 juta).
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, pengurangan biaya tersebut hanya berlaku untuk periode enam bulan. Pun banyak sekolah harus membayar tagihan energi yang jauh lebih tinggi daripada anggaran mereka.
Sekolah-sekolah tidak mampu membendung konsekuensi dari kegagalan pemerintah lantaran berada dalam posisi yang lemah pula.
Namun, mereka kerap mendapatkan telepon dari para orang tua murid yang menanyakan tentang sarapan gratis atau kegiatan ekstrakurikuler yang menawarkan makanan gratis.
Ilustrasi bekal makanan Foto: Shutter stock
Badan amal masyarakat juga berjerih mengatasi permintaan dari para keluarga yang tidak mampu memberi makan anak-anak mereka. Salah satunya adalah Oxford Mutual Aid.
Kelompok itu harus memangkas hari pengiriman paket makanan darurat. Sebab, ratusan sukarelawan dari pengemas, pengemudi, hingga penyelenggara tidak sanggup memenuhi lonjakan tersebut.
"Kami berjuang untuk memenuhi permintaan," terang koordinator Oxford Mutual Aid, Muireann Meehan Speed.
ADVERTISEMENT
"Setiap hari saya mendengar tingkat kesusahan yang dialami orang-orang. Setiap hari saya berbicara dengan keluarga yang ketakutan yang tidak tahu harus ke mana. Tetapi kami tidak bisa melakukan lebih dari yang sudah kami lakukan," lanjut dia.
Pemerintah Inggris membicarakan potensi krisis yang akan tiba bersamaan dengan musim dingin. Nyatanya, krisis tersebut sudah tiba. Launch Foods bahkan harus menghapus nomor telepon dari situs mereka karena panggilan telepon yang tidak berhenti berdering.
Ilustrasi biaya sekolah anak. Foto: Shutter Stock
Memanfaatkan kelebihan makanan, badan amal di Glasgow itu menyediakan makan siang gratis untuk 300 sekolah setiap harinya. Seiring waktu bergulir, mereka menerima permohonan dari banyak tempat, termasuk Newcastle, Liverpool, dan London.
"Saya menjadi sangat frustrasi, memberi tahu orang-orang bahwa kami tidak dapat membantu mereka," ungkap pendiri Launch Foods, Craig Johnson.
ADVERTISEMENT
"Seharusnya tidak ada anak di Inggris, Wales, Skotlandia atau Irlandia yang kelaparan. Itu salah," sambungnya.
Children with Voices mulai mengkhawatirkan tingkat kebutuhan berbeda pula. Anak-anak tidak hanya mendatangi sekolah dengan perut kosong. Mereka juga tidak memiliki pena, deodoran, dan sikat gigi. Pihaknya menekankan, kekurangan kebutuhan semacam itu memengaruhi kepercayaan diri anak-anak.
"Saya menyukai apa yang saya lakukan, tetapi saya merasa marah karena kami dibiarkan melakukan ini tanpa bantuan dari pemerintah," tutur pendiri Children with Voices, Michelle Dornelly.
"Anggota parlemen harus datang dan berjalan-jalan di Hackney dan mencari tahu apa yang sedang terjadi," pungkasnya.