Imbas Ledakan Lebanon, Rekening Pejabat Pelabuhan dan Bea Cukai Beirut Dibekukan

7 Agustus 2020 3:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke api setelah ledakan terdengar di Beirut, Lebanon 4 Agustus 2020. Foto: Karim Sokhn/Instagram/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke api setelah ledakan terdengar di Beirut, Lebanon 4 Agustus 2020. Foto: Karim Sokhn/Instagram/via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank sentral Lebanon membekukan rekening Kepala Pelabuhan Beirut dan Bea cukai Lebanon bersama lima orang lainnya. Keputusan per 6 Agustus ini dilakukan imbas ledakan di gudang Pelabuhan Beirut yang mengguncang ibu kota pada Selasa (6/8) lalu.
ADVERTISEMENT
Jejak rekening sedang diselidiki oleh Komisi Investigasi Khusus Bank Sentral untuk Pencucian Uang dan Pemberantasan Terorisme Lebanon. Pembekuan rekening akan diedarkan ke semua bank dan lembaga keuangan di Lebanon.
Gelombang kejut terlihat saat terjadi ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Instagram @Karim Sokhn/via REUTERS
Pembekuan perbankan berlaku untuk akun rekening yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan Manajer Umum Pelabuhan Beirut, Hassan Koraytem, ​​Direktur Jenderal Bea Cukai Lebanon, Badri Daher, dan lima lainnya. Pembekuan ini juga menyasar pejabat pelabuhan dan bea cukai periode sekarang dan sebelumnya.
Ledakan di Pelabuhan Beirut diduga kuat berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang selama enam tahun. Bahan kimia dasar pupuk dan peledak itu sebelumnya diangkut oleh kapal berbendera Moldova yang dilarang berlayar karena mesin tak laik.
ADVERTISEMENT
Muatan amonium nitrat itu akhirnya disimpan di dalam gudang selama bertahun-tahun, padahal pejabat pelabuhan dan kepala bea cukai telah mengetahuinya. Perbaikan dinding gudang yang telah lama retak diduga menjadi pemicu meledaknya gudang tersebut.
Kepulan asap dan kerusakan akibat ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Mohamed Azakir/REUTERS
Koraytem dan Badri mengklaim telah berkali-kali menyurati pengadilan dan meminta amonium nitrat tersebut segera dipindahkan. Badri juga mengklaim telah meminta orang-orang untuk menjual bahan peledak itu ke tentara atau Rusia, namun tak digubris.
Akan tetapi, masyarakat menduga telah terjadi praktik korupsi besar-besaran dalam sistem bea cukai di Pelabuhan Beirut. Kasus yang menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan orang lainnya ini masih terus diselidiki.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona