Jumlah Pasien COVID-19 di RSDC WIsma Atlet Kemayoran Menurun

Imbauan Kemenkes: Jangan Takut Vaksinasi; AstraZeneca Ampuh Lawan Varian Baru

12 Juni 2021 7:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenaga kesehatan memantau ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Tenaga kesehatan memantau ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus positif COVID-19 terus meningkat di sejumlah daerah setelah libur lebaran pada Mei lalu. Angka ini diprediksi akan memuncak pada Juli mendatang.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kasus COVID-19 terus terjadi hingga hampir 3 kali lipat dari sebelum libur Lebaran. Meski lonjakan kasus telah diantisipasi jauh sebelum lebaran dan juga telah diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa minggu, hal tersebut justru harus tetap dihindari.
"Tapi itu bukan suatu yang harus ditunggu-tunggu, ya. Dengan adanya Kampung Tangguh Jaya ini, adik-adik mahasiswa bisa jadi agen perubahan supaya ekspektasi puncak kasus itu tidak pernah terjadi dan menurun," jelas Juru Bicara Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi.
Lonjakan corona usai Lebaran sudah terlihat nyata. Kasus harian sudah mencapai 8.000-an setelah sempat menurun sampai 4.000-an per hari.
Nadia mengatakan, untuk tetap optimistis menekan lonjakan kasus agar tidak terjadi puncak seperti usai libur Natal dan Tahun Baru kemarin. Jika puncak kasus terjadi, maka dipastikan fasilitas kesehatan tidak akan sanggup untuk melayani semua pasien.
ADVERTISEMENT
"Ini yang penting. Jangan sampai puncak kasusnya terjadi. Karena kalau terjadi, fasilitas kesehatan pasti tidak akan sanggup melayaninya, makanya harus menurunkan. Kita tarik grafiknya [puncak] ke arah sana [kanan]," ucap dia.
Ilustrasi pedagang batik. Foto: FENY SELLY/ANTARA FOTO

Masih Ada Pedagang Takut PCR karena Kalau Positif Enggak Bisa Jualan

Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sejumlah tantangan yang masih terus dihadapi ketika pandemi telah berjalan lebih dari setahun. Banyak yang abai protokol kesehatan dan mulai jenuh dengan segala bentuk pembatasan.
"Banyak yang belum tahu kalau ini perlindungan diri sendiri bukan orang lain, padahal itu menjaga keselamatan dia. Jadi membangun inilah, kalau pakai masker itu bukan program pemerintah tapi untuk melindungi diri," kata Nadia.
Menurut Nadia, masyarakat lebih takut susah secara ekonomi. Bukan takut dengan ancaman virusnya.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu sekarang masyarakat (misalnya pedagang) lebih takut susahnya apalagi sudah sekian lama dalam situasi ini. Daripada saya enggak jualan, saya enggak usah PCR. Karena kalau saya positif saya tidak jualan," jelasnya.
"Padahal luar biasa kalau orang itu positif dan masih berjualan," imbuhnya.
Petugas kesehatan memeriksa kesehatan calon penerima vaksin COVID-19 di RPTRA Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/6/2021). Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto

Orang Dewasa Demam Usai Vaksinasi Update Status, yang Lain Jadi Takut

Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat tidak takut divaksin corona. Kalau ada efek samping seperti demam atau pusing itu wajar.
Ia juga menyoroti adanya masyarakat khususnya anak muda yang justru posting di media sosial terkait kondisinya yang demam usai vaksinasi.
"Kalau anak kecil disuntik biasanya dibawain obat penurun panas, karena reaksinya ada, anak jadi rewel, demam. Cuma kalau saya mau bilang, umur 6 bulan dia cuma bisa nangis, kalau orang dewasa begitu mual, demam kita update status itu," kata Nadia.
ADVERTISEMENT
Postingan itu kemudian membuat sekelilingnya takut divaksin. Hal itu harus dihindari karena kita ingin mempercepat herd immunity.
"Yang terjadi orang jadi takut divaksin. Harusnya diupdatenya aku demam tidur sebentar terus sehat. Jangan update yang demamnya," jelas dia.
Target vaksinasi sampai akhir Juni adalah 40 juta orang dari kelompok tenaga kesehatan, lansia, dan petugas publik. Saat ini baru sekitar 11,5 juta yang menerima suntikan kedua.

90 Persen Warga RI Diharapkan Sudah Divaksinasi Corona pada Desember 2021

Kemenkes terus mengupayakan percepatan vaksinasi di Indonesia. Saat ini, pencapaian vaksinasi corona masih jauh dari target yang ditentukan pemerintah, yaitu 181 juta orang.
Per 10 Juni, jumlah vaksinasi baru menyentuh 492.664 orang per hari dengan total keseluruhan 19.211.433 orang. Jubir Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan pihaknya menargetkan agar jumlah orang yang divaksinasi bisa meningkat per harinya dari yang sudah ada saat ini.
ADVERTISEMENT
"Target 1 juta di Juli itu grafik yang kita tingkatkan terus. Moga-moga bisa 500 ribu dan Juli bisa 1 juta," kata Nadia.
Ia berharap vaksinasi yang ditargetkan untuk 70 persen penduduk Indonesia atau sekitar 181 juta orang dapat menyentuh angka 90 persen pada akhir tahun ini.
"Dan sudah disampaikan di Kampung Tangguh Jaya [KTJ] ini [vaksinasi per hari] 20 ribu, ya. Itu bisa memberikan kontribusi percepatan vaksinasi. 141 juta sasaran di Juli supaya 90 persen di Desember sudah bisa tervaksinasi," jelasnya.
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Pedro Nunes/REUTERS

Vaksin AstraZeneca dan Sinovac Efektif Lawan Corona Baru

Munculnya varian baru dari virus corona saat ini menjadi hal yang sangat diperhatikan pemerintah. Hal ini lantaran penyebarannya yang jauh lebih cepat dari virus aslinya.
ADVERTISEMENT
Vaksinasi saat ini tetap bisa melawan berbagai varian-varian tersebut.
"Nah gimana nih dampak varian baru dengan vaksin? Masih efektif jangan takut. Buruan vaksin," kata Nadia.
Ia juga mengatakan, semakin cepat kita divaksin, maka akan semakin cepat kita memiliki kekebalan tubuh yang dapat menghalangi corona dengan berbagai varian-variannya. Masyarakat jangan sampai kalah melawan virus ini.
"Kalau kita cepet-cepet vaksin, dulu-duluan kita mutasinya, dia yang mutasi apa kita yang mutasi, maksudnya itu kita yang punya kekebalan ya. Bukan kita jadi alien seperti hoaks yang disampaikan. Masa kita kalah sama virus," katanya.
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Yves Herman/REUTERS

Efikasi Vaksin AstraZeneca untuk Pengidap Komorbid Tinggi

Beredarnya hoaks seputar bahayanya vaksin corona menjadi salah satu penghambat jalannya penyuntikan bagi para lansia. Padahal, vaksinasi merupakan upaya untuk dapat mencegah penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang bilang lansia jangan divaksin karena komorbid. Padahal mereka harus divaksin. Sementara hoaks mengatakan jangan divaksin itu bener-bener salah padahal makin tua risikonya tinggi. Kalo lansia ada tekanan darah, gula, asma, nah makin banyak penyakit makin banyak risikonya," kata Nadia.
Nadia menekankan bahwa selama penyakit tersebut tertangani dengan baik oleh dokter, maka vaksinasi tetap aman bagi mereka.
"Aman banget divaksin, untuk yang punya penyakit bukan nggak boleh, tapi ditunda dulu, dikonsultasikan dengan dokternya. Selama itu tertangani, vaksin. Bahkan penyintas kanker yang sedang tidak kemo itu silakan vaksin," jelas Jubir Vaksinasi tersebut.
Selain itu, ia juga kembali mengingatkan bahwa reaksi atau efek samping setelah vaksinasi adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ia juga mengatakan bahwa ada bukti menunjukkan efikasi vaksin AstraZeneca untuk komorbid terbilang tinggi.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada vaksin yang bebas dari efek samping. Pasti ada reaksinya dong. Mulai dari demam, itu reaksi vaksin yang disuntikkan. Yang penting manfaatnya lebih banyak dari efek sampingnya. Bahkan efikasi AstraZeneca untuk komorbid tinggi juga," tutupnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten