Imbauan Satgas saat Long Weekend: Rapid Test Antigen hingga Waspada ke Restoran
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Meningkatnya mobilisasi penduduk saat long weekend akan memunculkan kerumunan yang berpotensi menimbulkan penularan corona.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah, mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada.
"Berdasarkan pengalaman kita, ada beberapa libur panjang sebelumnya. Ada yang enggak terlalu panjang, ada yang tiga hari. Tapi di awal itu misalnya libur Idul Fitri, memang pada masa di awal ini kita semua paham, kita masih belajar mengenai corona. Akhirnya terjadi lonjakan kasus sekitar 10-14 hari," ujar Dewi dalam Live Corona Update bersama kumparan, Jumat (30/10).
Menurut Dewi, penularan biasanya banyak terjadi di tempat-tempat yang didatangi saat masa liburan panjang.
Lonjakan kasus sebelumnya terjadi saat masa libur panjang Agustus lalu. Bahkan, pada masa itu, kenaikan kasusnya mencapai 70-100 persen.
Imbau Rapid Test Antigen saat Mudik
Dewi mengimbau para pemudik untuk menjalani tes corona terlebih dahulu, ada baiknya dengan rapid test antigen. Rapid test antigen corona dilakukan dengan mengambil sampel dahak dari hidung atau tenggorokan melalui swab.
ADVERTISEMENT
Rapid test antigen ini memiliki akurasi yang lebih baik ketimbang rapid test antibodi yang menggunakan sampel darah. Selain itu, untuk sekadar screening, rapid test antigen terbilang lebih murah (Rp 150 ribu) ketimbang PCR.
"Ketika ada seseorang yang balik kampung, hal preventif yang bisa dilakukan adalah dengan cara melakukan rapid test, minimal antigen, kalau PCR kan mahal dan menunggu agak lama," ujar Dewi.
Dewi menyebut, untuk proses screening, rapid test antigen tergolong efektif karena hasilnya hanya menunggu lima menit. Dewi meminta pemeriksaan dilakukan setelah pemudik tiba di kampung halaman, untuk memastikan tak ada penularan selama perjalanan.
Liburan Bersama Keluarga Bisa Aman, tapi Waspada saat ke Restoran
Dewi memberikan sejumlah tips berlibur aman bersama keluarga. Yang pertama, transportasi sebaiknya tak boleh bercampur dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
"Pertama, kita pergi sama keluarga, satu kendaraan tidak bercampur dengan orang lain, kondisinya baik," tutur Dewi.
Kemudian, Dewi meminta kamar penginapan yang ditempati tak boleh sembarangan dimasuki orang lain. "Kita pergi staycation ke sebuah vila atau peristirahatan yang hanya digunakan oleh kita, ini juga baik (aman)," terang Dewi.
Meski demikian, yang perlu diwaspadai adalah saat berada di luar penginapan, seperti mengunjungi restoran yang berpotensi terjadi penularan corona.
"Nanti yang harus diwaspadai mungkin saat membeli makan, apakah dia pergi ke luar, saat ke restoran, sedangkan restoran adalah tempat makan semua orang, bukan hanya dia saja," jelasnya.
Makan Take Away Lebih Baik, Tak Kurangi Pendapatan Restoran Juga
Saat liburan, kapasitas pengunjung akan meningkat dan berpotensi tak menerapkan jaga jarak. Agar terhindar dari kerumunan, Dewi mengimbau masyarakat untuk memesan makanan secara take away (dibawa pulang).
ADVERTISEMENT
Untuk masyarakat yang berlibur di tempat penginapan, makanan di restoran lebih baik dibungkus dan makan bersama keluarga di tempat peristirahatan.
"Kalau misalnya masih bisa makan take away, kita makan sendiri, kembali ke tempat peristirahatan kita, kita makan di sana, ini lebih baik, karena kita berkumpul dengan orang-orang, dengan keluarga kita," kata Dewi.
"Kalau bisa take away, take away saja, kan kita tidak mengurangi pendapatan restorannya, boleh beli di restoran, take away saja, makan bersama keluarga, ini jauh lebih aman sebenarnya," tuturnya.
Namun, kata Dewi, jika terpaksa atau tetap ingin makan di luar, penerapan cuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker setelah makan tetap harus diterapkan. Dewi juga mengimbau sebaiknya masyarakat memilih tempat makan yang memiliki area luar ruangan (outdoor).
Balita Sebaiknya Pakai Face Shield dan Diajarkan Cuci Tangan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pencegahan corona saat liburan bukan hanya untuk kelompok masyarakat dengan usia dewasa saja. Melainkan, juga untuk anak-anak.
Dewi menyebut, untuk kelompok balita, orang tua sebaiknya memakaikan anaknya face shield dan masker. Jika masih usia bayi, sebaiknya hanya memakai face shield.
"Anak ini tergantung usianya dulu, kalau usianya sudah dua tahun, bisa menggunakan masker, ibu-ibu juga biasanya sudah tahu, nih, ada topi yang ada face shield-nya itu dari mika, bisa dibantu," kata Dewi.
"Cuma kadang anak kan enggak betah, ya, menggunakan masker, paling kalau untuk bayi enggak mungkin kita gunakan masker karena sulit pernapasan," tambahnya.
Selain itu, dia juga mengharapkan agar kelompok anak-anak diajarkan pentingnya mencuci tangan dengan sabun. Sehingga, hal itu bisa terbiasa hingga beranjak dewasa.
ADVERTISEMENT
"Selalu ajarkan mencuci tangan menggunakan sabun, penting banget," ujarnya.