Imun Vaksin Sinovac Turun 6 Bulan, Ini yang Perlu Diketahui

29 Juli 2021 7:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas memperlihatkan vaksin COVID-19 Sinovac di Sentra Vaksinasi COVID-19 khusus anak di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (24/7/2021). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan vaksin COVID-19 Sinovac di Sentra Vaksinasi COVID-19 khusus anak di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (24/7/2021). Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil penelitian di China mengungkapkan, antibodi dalam tubuh yang dihasilkan dari vaksin Sinovac menurun setelah 6 bulan menerima vaksin.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian ini didapatkan dari pengecekan sampel darah orang dewasa sehat berusia 18-59 yang dibagi menjadi dua kelompok dengan peserta masing-masing lebih dari 50 orang. Hasilnya, tak sampai dari separuh peserta memiliki antibodi di atas ambang batas.
"Untuk peserta yang menerima dua dosis, dua atau empat minggu terpisah, hanya 16,9% dan 35,2% masing-masing masih memiliki tingkat antibodi penetralisir di atas ambang batas enam bulan setelah dosis kedua," tertulis dalam hasil penelitian tersebut.
Meski ada penurunan antibodi, dalam penelitian ini juga ditemukan peningkatan antibodi pada peserta hingga 3 sampai 5 kali lipat setelah 4 minggu diberikan suntikan dosis ketiga.
Para peneliti mengingatkan, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat berapa lama antibodi usai suntikan dosis ketiga bisa bertahan dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Uji Klinis Sinovac di Indonesia Prof Kusnandi Rusmil, juga mengungkap bahwa imunogenisitas atau antibodi vaksin asal China itu turun usai 6 bulan.
"Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang," kata Prof Kusnandi.
Sejauh ini, selain nakes ada juga masyarakat lain yang divaksin lebih dulu pada akhir Januari dan Februari 2021 dan antibodinya diduga sudah habis, termasuk Presiden Jokowi. Jokowi divaksin dosis kedua pada 27 Januari lalu.
Presiden Joko Widodo saat disuntik vaksin corona Sinovac dosis ke-2 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/1). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Lantas, bagaimana menghitungnya?
Jadi, apabila 6 bulan itu dikonversi menjadi satuan hari, maka akan menghasilkan waktu 182 hari.
Sementara rentang waktu antara 27 Januari sampai 28 Juli pun sudah mencapai 182 hari. Artinya, Jokowi dianjurkan untuk memperoleh dosis ketiga.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan paparan Prof Kusnandi, seseorang boleh saja divaksin corona dengan merek yang berbeda-beda tiap tahunnya.
Misalnya, di tahun pertama pakai vaksin sinovac, sementara di tahun kedua memakai vaksin pfizer. Menurut Kusnandi, semua vaksin memiliki fungsi yang sama.
Seorang pekerja medis memegang dosis vaksin Sinovac di fasilitas kesehatan. Foto: REUTERS/ Willy Kurniawan

Suntikan Booster Terhadap Tenaga Kesehatan

Ahli Paru sekaligus Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, dr. Syahril Mansyur Sp.Paru, punya pandangan tersendiri terhadap suntikan booster ini.
"Booster untuk para nakes sudah dimulai dengan menggunakan vaksin Moderna. Nantinya, untuk yang lain, akan dilakukan secara prioritas dan bertahap," kata dr. Syahril.
Sedangkan Medical Senior Manager PT Kalbe Farma, dr. Esther Kristiningrum mengatakan, pemberian booster vaksin diprioritaskan kepada tenaga kesehatan lantaran mereka adalah garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Namun, ia berpendapat, tidak menutup kemungkinan masyarakat umum mendapatkan dosis tambahan vaksin.
ADVERTISEMENT
"Kalau untuk umum, tentunya bisa (dapat) booster. Namun, berapa lama efektivitas vaksin masih dalam penelitian, sehingga kemungkinan setelah beberapa bulan, antibodi vaksin kedua menurun sehingga perlu booster," kata dr. Esther.
Ketika disinggung mengenai efektivitas vaksin dengan varian atau mutasi baru virus, ia mengatakan semua vaksin masih cenderung efektif, walaupun ada juga kemungkinan efektivitas.
Lebih lanjut, dr. Esther mengatakan, masyarakat tidak perlu panik, karena yang terpenting adalah mendapatkan vaksinasi lengkap sebanyak dua dosis terlebih dahulu. Hal ini untuk membentuk pertahanan dan imunitas tubuh yang baik, sebelum akhirnya mencapai kekebalan komunal
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi saat memberikan keterangan secara virtual. Foto: Kemenkes RI

Kemenkes Akui Imun Sinovac Turun 6 Bulan

Jubir Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengakui fakta turunnya imun Sinovac usai 6 bulan. Tetapi ia memastikan vaksin Sinovac masif efektif untuk memerangi virus corona.
ADVERTISEMENT
“Penurunan [imunogenisitas] terjadi, tapi masih efektif sampai saat ini,” kata Nadia.
Sementara itu, saat ini booster vaksin sudah mulai diberikan kepada tenaga kesehatan menggunakan vaksin Moderna. Sebagai sasaran vaksinasi nasional tahap pertama, mayoritas nakes sebelumnya telah divaksin Sinovac dosis penuh sejak Januari.
Booster vaksin bertujuan untuk memberikan perlindungan ekstra bagi mereka yang tengah berjuang di garda depan menangani lonjakan pasien COVID-19. Terlebih apabila mengingat imunogenisitas vaksin Sinovac turun setelah 6 bulan.
Sejumlah anak menjalani masa observasi usai menerima vaksin COVID-19 Sinovac di Sentra Vaksinasi COVID-19 khusus anak di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (24/7). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Nadia memastikan, hingga saat ini belum ada rencana untuk memberikan booster vaksin corona kepada masyarakat umum. Ia menegaskan pencapaian target vaksinasi dosis pertama dan kedua bagi 208 juta penduduk RI masih menjadi prioritas utama.
“Kepada umum sampai saat ini tidak kita berikan, ya. WHO sendiri tetap merekomendasikan untuk percepatan vaksinasi yang mendapatkan dosis 1 dan 2 di tengah keterbatasan vaksin, dibandingkan pemberian vaksin ke 3,” jelas Nadia.
ADVERTISEMENT
“Karena semakin banyak orang yang telah mendapatkan vaksin lengkap dua dosis maka laju penularan dan pandemi dapat dikendalikan,” tandas dia.