Indef: Pertanian Bantalan Resesi

21 September 2021 13:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani menunjukkan bawang merah hasil panennya di lahan demplot Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (21/5/2021) Foto: Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani menunjukkan bawang merah hasil panennya di lahan demplot Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (21/5/2021) Foto: Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Indef, Prof. Bustanul Arifin, menegaskan pentingnya menjaga sektor pertanian agar tetap berproduksi dan memberi kontribusi pada perbaikan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Bustanul dalam diskusi Indef berjudul "Pertanian Bantalan Resesi" yang digelar melalui format webinar, Senin (20/9).
"Kenapa pertanian disebut bantalan? sebab ketika semua sektor terperosok akibat pandemi COVID-19, sebaliknya sektor pertanian tumbuh positif dan tetap berkembang secara baik. Karena itu perlu kita jaga bersama," ujar Bustanul dalam siaran pers Kementan.
Menurut Bustanul, Indonesia bukan tidak mungkin menjadi negara terkuat di dunia apabila sektor pertanian dikelola dengan baik. Apalagi, pertanian terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menghidupi jutaan warga yang terdampak PHK.
"Oleh karena itu program yang digagas pemerintah (Kementerian Pertanian) kalau diadopsi oleh banyak daerah lain, maka bisa mencapai apa yang disebut dengan 5 CB. Walaupun saya yakin perkembangannya akan sedikit lamban karena COVID terus berkembang. Tapi lebih baik lamban dari pada tidak berkembang sama sekali," jelasnya.
Seorang petani menyulam tanaman tomatnya yang mati di Kelurahan Bayaoge, Palu, Sulawesi Tengah, Selassa (5/5) Foto: ANTARAFOTO/Basri Marzuki
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Program Indef, Esther Sri Astuti, mengatakan, sektor pertanian Indonesia memang masih jauh lebih baik jika dibanding dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Filipina.
ADVERTISEMENT
Namun, ia menyarankan agar pemerintah mau mempelajari perkembangan sektor pertanian dari negara lain yang sudah maju, terutama dalam melakukan pengelolaannya.
"Kita bisa belajar dari Finlandia atau negara Eropa lainya yang sudah lebih dulu menggunakan teknologi. Apalagi tantangan kita saat ini adalah selalu berkaitan dengan perubahan iklim dan bencana," tuturnya.
Meski demikian, ia bersyukur karena Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) terus mengalami perkembangan yang baik, sehingga nilai kesejahteraan petani di tengah suasana pandemi tetap terjaga.
"NTP dan NTUP pada saat pandemi relatif meningkat, dan ini bisa menjadi strategi kedaulatan pangan kita ke depan," jelasnya.
Mentan Syahrul Yasin Limpo menghadiri gelaran panen padi Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari 32 di Desa Kecurit, Kecamtan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Foto: Kementan
Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, yang diwakili sekretarisnya, Bambang Pamudji, dalam webinar ini menjelaskan langkah cepat 5 Cara Bertindak adalah bagian dari strategi dan arah kebijakan pertanian Indonesia dalam menjalani aktivitas produksi pasca pandemi.
ADVERTISEMENT
"Hasilnya NTP Juli 2021 mencapai 103,48 atau naik 1,16 persen jika dibandingkan Juli 2020. jadi sejak Juni 2020 NTP dan NTUP dalam kondisi baik. Kemudian ekspor kita juga naik dan impor kita turun," urainya.
Disisi lain, Bambang menyebut saat ini Kementan tengah mendorong program klaster pangan lokal dan diversifikasi pangan melalui program pekarangan pangan lestari dan food estate yang tersebar di sejumlah daerah.
"Kami juga berupaya menjaga ketersediaan pangan dengan memberi stimulus relaksasi KUR serta mempercepat bantuan sarana dan prasarana produktivitas. Kemudian membantu petani dalam mengangkut pangan dari daerah surplus ke daerah defisit dan melakukan kerja sama dengan penyedia jasa. Semua biayanya kami subsidi," tutupnya.