India Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Johnson and Johnson

8 Agustus 2021 3:00 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Johnson & Johnson. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Johnson & Johnson. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
India telah menyetujui izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Johnson and Johnson. Upaya ini untuk meningkatkan vaksinasi di tengah kekhawatiran munculnya gelombang infeksi baru di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Mansukh Mandaviya mengatakan, persetujuan itu akan meningkatkan amunisi perang melawan pandemi corona di India. Diketahui, setidaknya 200.000 orang tewas dalam gelombang corona selama dua bulan hingga pertengahan Juni lalu.
"Vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson dan Johnson diberikan persetujuan untuk Penggunaan Darurat di India," kata Mansukh di Twitter, sebagaimana dikutip dari AFP, Sabtu (7/8).
Meski demikian, belum dibeberkan kapan vaksin tersebut dalam dosis besar tiba di India. Berbeda dari yang lain, vaksin ini diketahui hanya membutuhkan satu kali suntikan untuk memberikan perlindungan dari infeksi COVID-19.
Vaksinasi lansia di Kota Ahmedabad, India. Foto: REUTERS/Amit Dave
Negara berpenduduk 1,3 miliar orang tersebut sejauh ini telah memberikan 500 juta dosis vaksin, di mana hampir delapan persen dari populasi telah mendapatkan dua dosis suntikan.
ADVERTISEMENT
Vaksin Johnson dan Johnson adalah yang kelima yang disetujui di India setelah Covishield dari Oxford-AstraZeneca, Covaxin yang dikembangkan sendiri, Sputnik V dari Rusia, dan Moderna buatan AS.
India menjadi negara yang paling terpukul kedua setelah Amerika Serikat, dengan lebih dari 32 juta kasus dikonfirmasi dan 427.000 kematian. Karena kurangnya pelaporan, para ahli mengatakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.
Mereka juga memperingatkan lambatnya proses vaksinasi menempatkan India pada risiko dari setiap krisis infeksi varian baru. Jumlah kasus baru dan kematian mulai meningkat lagi dalam dua minggu terakhir.