Indikator: Pilpres Tak Bisa 1 Calon, Enggak Sesuai Prinsip Demokrasi

13 Oktober 2021 16:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mencoblos saat pemilu. Foto: AFP/Chaideer Mahyuddin
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mencoblos saat pemilu. Foto: AFP/Chaideer Mahyuddin
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan masyarakat lebih berharap pemilihan presiden (pilpres) diikuti lebih dari satu pasangan.
ADVERTISEMENT
Sebab, masyarakat ingin proses demokrasi berjalan dengan semestinya, yakni memiliki pilihan untuk memilih pemimpin masa depan.
"Ini kita tanya apakah pilpres bisa diselenggarakan cuma satu pasangan versus enggak bisa. Kan normanya sudah tersedia," ucap Burhanuddin dalam paparan virtual, Rabu (13/10).
"Menurut pemuka opini sebagian besar mengatakan pilpres yang hanya diikuti satu pasangan enggak bisa diterima karena enggak sesuai prinsip demokrasi," lanjutnya.
Hal ini terlihat pada hasil survei opini publik terbaru yang dilakukan Indikator yang menunjukkan capres dan cawapres yang dipilih bisa mendapat dukungan dari partai pengusung di DPR.
"Kalau ditanya kepada pemuka opini sebagian besar enggak setuju. Ada dua argumen, 55 persen publik mengatakan capres-cawapres harus diusung parpol untuk menyeleksi calon-calon yang berkualitas," jelas Burhanuddin.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi daftar calon tetap anggota DPR RI pemilu tahun 2019. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sementara itu, mayoritas publik yang menolak adanya capres tunggal lebih banyak dari kalangan kelompok elite.
"Tapi buat publik mayoritas setuju sebaiknya enggak satu paslon saja, tapi tingkat penolakan terhadap capres tunggal di kalangan elite lebih tinggi. Pemenang pemilihan presiden harus meraih suara mayoritas," tegas dia.
Survei ini dilakukan sepanjang September 2021. Ada dua kelompok yang menjadi responden, yaitu 1.220 responden publik dan 313 responden opinion maker.
Wawancara dilakukan dengan dua metode, yaitu tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat dan secara virtual lewat Zoom. Tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan margin of error sekitar 2,9%.
Responden opinion maker terdiri dari akademisi, LSM, NGO, tokoh media massa, tokoh ormas, hingga tokoh agama.
ADVERTISEMENT
===========
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews