Indonesia Akan Sambut 4.000 Peserta GPDRR 2022 di Bali
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur HAM dan Kemanusiaan Kemlu RI, Achsanul Habib, mengungkap kabar tersebut. Achsanul mengatakan, pihaknya telah mencatat lebih dari 5.536 pendaftar dari 182 negara.
Dari angka tersebut, sekitar 4.000 peserta akan hadir secara fisik. Ia berharap hadirinya ribuan orang itu bakal mendorong percepatan perekonomian di Pulau Dewata.
"Jumlah tersebut kita harapkan juga dapat membantu meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan ekonomi di Bali," jelas Achsanul.
Indonesia telah melakukan penyesuaian demi mencegah penularan selama pertemuan. Achsanul menjelaskan, pihaknya telah membentuk Satgas COVID-19 Nasional.
Protokol pun meliputi pengadaan antigen setiap hari. Peserta juga diwajibkan mengikuti PCR dan bentuk pengetesan lain. Penyelenggaran turut menyediakan fasilitas hingga tenaga medis.
GPDRR merupakan pertemuan PBB yang diselenggarakan setiap tiga tahun. Agenda tersebut membahas kebencanaan secara khusus.
ADVERTISEMENT
Presiden RI Joko Widodo akan membuka pertemuan kali ini pada 25 Mei 2022. Komposisi terbesar peserta terdiri dari delegasi pemerintah, organisasi nirlaba, akademisi, dan badan-badan PBB lainnya.
Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina Mohammed, akan hadir mewakili Sekjen PBB. Adapun Presiden Majelis Umum PBB, Abdulla Shahid, yang akan menghadiri sesi pembukaan.
Sementara itu, 28 menteri atau wakil menteri memimpin sebagai delegasi negara. Di antaranya ialah pejabat dari Jepang, Kanada, Malaysia, dan Brunei.
Para pemimpin tersebut akan memberikan national statement. Mereka lalu membahas pandangan dan rekomendasi terkait bencana kesehatan.
GPDRR 2022 berupaya menggarisbawahi sustainable resilience. Artinya, ketangguhan dibentuk tidak hanya untuk ketika bencana melanda. Dunia perlu mengedepankan ketangguhan berlanjut demi mengantisipasi bencana mendatang pula.
ADVERTISEMENT
"Kita bangun ketangguhan jangan one-off, tetapi dalam segala aspeknya. Temanya sustainable resilience agar kesiapan menghadapi bencana menjadi culture dalam lokal, nasional, dan internasional," tegas Achsanul.
Achsanul menerangkan, upaya tersebut terjalin dalam lima pilar. Pesan inti itu meliputi kepemimpinan atau aktor kebencanaan pada tingkat lokal.
Kolaborasi antara pemangku kepentingan (stakeholders) dan pembiayaan risiko bencana (disaster risk financing) juga termasuk. Achsanul menekankan, inklusivitas juga perlu dikedepankan.
Sebab, kelompok disabilitas harus berperan aktif dalam penanggulangan bencana. Adaptasi terhadap teknologi seperti teknologi digital turut menjadi pembahasan.
Hasil dari pembicaraan itu akan dirilis pada 27 Mei 2022. Dokumen tersebut merupakan refleksi dari pandangan, pendapat, serta rekomendasi dari peserta selama kegiatan.