Indonesia Angkat Isu Perlindungan ABK di Samudera Hindia dalam Pertemuan IORA

6 Juli 2020 4:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Aspasaf Dubes Desra Percaya memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan IORA ke-10. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Aspasaf Dubes Desra Percaya memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan IORA ke-10. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Desra Percaya memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan ​Indian Ocean Rim Association (IORA) ke-10 yang diselenggarakan secara daring pada 29 Juni – 1 Juli 2020. Dalam kesempatan itu Indonesia secara konsisten mendorong isu kelautan dan kemaritiman pada kerja sama regional di kawasan Samudra Hindia.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu Desra didampingi oleh Direktur KSIA Asapasaf Andre Omer Siregar dan Direktur Asia Tenggara Denny Abdi. Delegasi dari 31 negara mengikuti pertemuan ini
"Saat ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi seluruh negara untuk merealisasikan kerja sama yang konkret dalam mendorong sektor kelautan sebagai penggerak pemulihan ekonomi pasca pandemi," kata Desra yang juga Senior Official Indonesia untuk IORA dan sebagai Ketua Delegasi RI.
"Untuk itu, Indonesia telah menyusun rencana kerja yang bersifat action oriented bagi IORA yang antara lain terfokus pada pemulihan kesejahteraan nelayan, perlindungan terhadap ABK di kapal ikan, serta revitalisasi pariwisata bahari," tambahnya.
Desra mengatakan, Indonesia selaku Lead Coodinator untuk area kerja sama prioritas Pengelolaan Perikanan menyerukan agar anggota dan Mitra Wicara IORA dapat terus bekerja sama dalam menghadapi pandemi virus corona ini melalui penguatan kerjasama ekonomi melalui fasilitas perdagangan dan investasi di sektor perikanan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Indonesia juga telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan the 1st Meeting of IORA Cluster Group on Fisheries Management (CGFM) yang juga dilaksanakan secara daring pada 23 Juni 2020 lalu.
Dirjen Aspasaf Dubes Desra Percaya memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan IORA ke-10. Foto: Istimewa
Kelompok kerja ini, lanjut Desra, diketuai oleh Indonesia dan bertugas untuk mendiskusikan, menyusun, hingga memastikan implementasi program IORA terkait isu perikanan secara menyeluruh di Samudra Hindia. Menurutnya, segenap anggota IORA menyampaikan apresiasi dan mendukung kepemimpinan Indonesia dalam memajukan sektor ini.
"Sejak Jakarta Concord dan IORA Action Plan 2017-2021 disepakati, isu pemajuan kerja sama perikanan dan kelautan memang menjadi prioritas dan kepentingan Indonesia di kawasan Samudera Hindia," ujarnya.
Desra menambahkan bahwa Indonesia terus mendorong peran sentral IORA di kawasan dalam visi Indo-Pasifik sebagai “new sustainable economic growth” yang netral dan dapat memberikan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dekat, kata dia, Indonesia akan menandatangani MoU terkait Pemajuan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan MoU Search and Rescue di kawasan Samudera Hindia.
IORA merupakan satu-satunya organisasi intra-kawasan di Samudra Hindia yang berdiri pada tahun 1997 di Mauritius, yang beranggotakan: Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Sri Lanka, Somalia, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman, serta 10 negara Mitra Wicara, yaitu: Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Korea Selatan, Mesir, Prancis, Tiongkok, dan Turki.
Di bidang perdagangan, IORA memiliki peranan sentral, salah satunya, sebagai upaya alternatif penetrasi produk Indonesia ke pasar non-tradisional. Kontribusi volume perdagangan antar negara IORA (96%) dipengaruhi oleh 6 negara utama, yaitu Singapura, Malaysia, India, Indonesia, Australia dan Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.