Indonesia Mulai Rutin Lakukan Genome Sequencing Varian Corona

30 Juli 2021 20:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis melakukan tes usap PCR terhadap pasien COVID-19 di selasar Ruang IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021).  Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis melakukan tes usap PCR terhadap pasien COVID-19 di selasar Ruang IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penularan virus corona penyebab COVID-19 di Indonesia masih belum mereda. Kini, dengan adanya varian-varian baru, pemeriksaan lanjutan usai tes PCR juga dilakukan oleh berbagai laboratorium.
ADVERTISEMENT
Menurut dokter spesialis mikrobiologi RS UI, dr Ardiana Kusumaningrum, Indonesia sudah mulai rutin melakukan pemeriksaan lanjutan ini, dengan difasilitasi oleh banyak laboratorium di RI.
“Sekarang kita di Indonesia sudah mulai, Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) sudah mulai memfasilitasi, ada beberapa laboratorium yang memfasilitasi pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan yang rutin dilakukan itu sequencing,” jelas Ardiana pada diskusi virtual soal CT value, Jumat (30/7).
Dalam proses genome sequencing, kata Ardiana, sampel virus corona yang diambil lewat tes usap PCR akan dilihat dengan lebih detail.
Kemudian virus tersebut akan dikarakterisasi, sehingga bisa diketahui masuk ke varian mana.
“Pemeriksaan PCR ini memang justru kita desain untuk bisa mendeteksi semua varian virus, tapi perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui varian virus ini yang mana; varian Delta, Alpha, Beta,” jelas dia.
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021

Mengapa Tes PCR Tidak Langsung Periksa Varian Corona Tertentu?

Saat ini, pemeriksaan genome sequencing menjadi kunci dari mengungkap varian corona yang menjangkiti pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya sudah ada teknologi PCR yang menawarkan untuk langsung mendeteksi varian tertentu, sehingga tak perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan biaya yang lebih besar.
Tetapi, menurut Ardiana, pemeriksaan langsung seperti itu justru tidak disarankan. Musababnya, semakin spesifik varian yang dicari, varian lainnya yang mungkin berada di tubuh pasien malah tidak terdeteksi.
“Karena kalau semakin spesifik yang dicari, justru malah varian lain tidak terdeteksi. Contohnya, dari awal yang dicari langsung varian Delta saja. Pada pasien itu sebenarnya ada SARS-Cov-2-nya, tapi tidak tertangkap di awal,” ungkapnya.
“Jadi yang kita lakukan adalah mendeteksi semua virus SARS-CoV-2, kalau kita mau deteksi lebih lanjut ini masuk ke varian mana, kita akan lanjutkan ke pemeriksaan sequencing,” pungkas Ardiana.
ADVERTISEMENT