Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Indonesia Rampungkan Forum Internasional GPDRR, Tuai Pujian dari UNDRR
27 Mei 2022 22:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, menyimpulkan pembahasan dalam rangkaian agenda tersebut.
Selama pertemuan, Indonesia telah mendorong peningkatan kerja sama internasional. Kolaborasi tersebut diharapkan berjalan berdasarkan prinsip penguatan budaya sadar bencana dan edukasi untuk pengurangan risiko.
Presiden Jokowi juga menyerukan investasi dalam sektor sains dan teknologi dalam kesempatan itu. Sebab, teknologi bisa mempercepat proses pemulihan dan rekonstruksi pascabencana.
Teknologi memungkinkan visualisasi lokasi terdampak, kelompok rentan, daerah padat penduduk dan elemen penting lainnya. Pengamatan satelit bahkan bisa menguraikan rute evakuasi dan daerah aman.
Komunikasi satelit turut membantu mengirimkan data relevan ke observatorium untuk pemantauan. Data tersebut kemudian diteruskan sebagai peringatan dini. Dunia perlu memanfaatkan janji teknologi demi meningkatkan sistem peringatan multi-bahaya.
"Presiden Indonesia sebagai tuan rumah mendorong masyarakat internasional untuk meningkatkan kerja sama dalam manajemen risiko bencana melalui kolaborasi berdasarkan prinsip-prinsip penguatan budaya sadar bencana dan edukasi untuk pengurangan risiko. Kedua, investasi pada sains teknologi," kata Suharyanto saat upacara penutupan GPDRR di Bali Nusa Benua Convention Center (BNDCC) di Bali pada Jumat (27/5).
Suharyanto juga menyinggung ketangguhan tak hanya pada masyarakat, namun juga infrastruktur. Dia kemudian mengulangi seruan Jokowi atas implementasi komitmen global. Langkah itu dinilai bertujuan mempromosikan nilai multilateralisme yang inklusif.
ADVERTISEMENT
Indonesia mengusung sustainable resilience atau ketangguhan berkelanjutan dalam GPDRR 2022. Artinya, bangsa tidak hanya tangguh saat menghadapi bencana terkini. Tetapi, masyarakat juga telah bersiap mengadang bencana mendatang.
Ambisi tersebut tentunya membutuhkan uluran tangan dari seluruh sektor. Pemerintah lantas perlu mengintegrasikan konsep ketangguhan berkelanjutan dalam kebijakan pembangunan dan pembiayaan legislasi.
"Hanya dengan perubahan sistemik kita dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana," sambung Suharyanto.
Pihaknya juga menegaskan kembali komitmen untuk melibatkan masyarakat. Sehingga, ketangguhan terbentuk dalam tingkat paling kecil.
Suharyanto mengulangi seruan Sekjen PBB, Antonio Guterres, untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dari ujung ke ujung dalam jangka waktu 5 tahun.
Sedangkan Perwakilan dari Aliansi Disabilitas Internasional (IDA), Elham Youssefian, turut memberikan pidato dalam upacara penutupan itu. Sebagaimana yang disampaikan Suharyanto, dia menggarisbawahi pentingnya keterlibatan seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Youssefian menjelaskan, mereka masih meyakini pendekatan seluruh masyarakat dan pendekatan seluruh pemerintah sebagai solusi utama mengurangi risiko bencana.
"Tetapi pendekatan whole society yang kami maksud adalah semua masyarakat, tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan, ras, disabilitas, status adat, warna kulit, agama, kemiskinan, status ekonomi, atau status pengungsi atau pengungsi," tegas Youssefian.
"Dan dengan pendekatan whole government, kami maksudkan bahwa setiap sektor pemerintah harus terlibat dan memiliki rencana dengan spesifik bagaimana mereka ingin terlibat dan apa yang ingin mereka lakukan," tambah dia.
Perwakilan Khusus Sekjen UNDRR, Mami Mizutori, menyetujui pernyataan tersebut. Menurutnya, peran keputusan manusia tak bisa diremehkan dalam mengurangi risiko bencana.
Mizutori menerangkan, UNDRR tidak menggunakan istilah 'bencana alam' sebagai kampanyenya. UNDRR meyakini, bencana alam sebenarnya tidak ada. Bagi mereka, bahaya baru akan berubah menjadi bencana lantaran keputusan manusia.
ADVERTISEMENT
"Berita baiknya adalah karena keputusan manusia lah yang membuat bencana lebih mengerikan, keputusan manusia juga yang dapat membalikkan kecenderungan ini, mengurangi dampak bahaya, mengurangi dampak bencana ketika menimpa kita," ungkap Mizutori.
"Dan pastikan bahwa orang yang paling rentan, negara yang paling rentan adalah bagian dari solusi ini. Jadi itulah tindakan pertama saya, tidak pernah meremehkan peran yang dapat dimainkan oleh keputusan manusia baik secara negatif maupun positif," imbuhnya.
Menuai Pujian
GPDRR 2022 merupakan langkah menuju perwujudan ketangguhan tersebut. UNDRR menyelenggarakan pertemuan khusus kebencanaan itu setiap tiga tahun sekali.
Pada 2019, Indonesia memutuskan untuk menjadi tuan rumah perhelatan selanjutnya. Menggandeng UNDRR, Indonesia lantas mengetuai pertemuan yang pertama kali diselenggarakan di Asia. GPDRR 2022 berlangsung pada 23-28 Mei 2022 di Bali.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak tahu [pada 2019] bahwa pandemi akan muncul," tutur Mizutori.
"Tetapi pemerintah Indonesia tidak pernah menarik dukungan mereka, tidak pernah menarik niat mereka untuk menjadi tuan rumah," tambah dia.
Mizutori kemudian mengungkap apresiasinya atas keragaman yang dia temui selama konferensi tersebut. Dia merasa bangga sebab jumlah peserta penyandang disabilitas meningkat dua kali lipat dari pertemuan sebelumnya.
Hal itu tentu karena lokasi pertemuan dibuat sedemikian rupa untuk mendukung kelompok disabilitas.
"Saya sangat bangga bahwa Platform Global ini benar-benar mencerminkan pendekatan seluruh masyarakat dari Kerangka Sendai, dan kami memiliki orang-orang dari, tentu saja, dari seluruh dunia," ujar Mizutori.
"Sekali lagi saya harus berterima kasih kepada Indonesia untuk ini. Dan saya percaya bahwa ini akan menjadi salah satu warisan indah yang dapat kita tinggalkan di sini, di pusat konferensi ini," sambungnya.
Kepala Bantuan Kemanusiaan Swiss, Manuel Bessler, juga menghadiri sesi penutupan tersebut. Bessler mengatakan, pihaknya akan belajar dari konferensi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mereka kemudian akan berupaya memberikan hasil yang lebih baik lagi lantaran pertemuan GPDRR berikutnya akan digelar di Jenewa.
"Saya sangat senang mengumumkan bahwa GPDRR ke-8 akan diadakan lagi di Jenewa pada tahun 2025," tutup Bessler.