Indonesia Tolak Izin Mendarat Pesawat Mata-mata Amerika Serikat P-8 Poseidon

20 Oktober 2020 18:38 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prajurit TNI AL di atas KRI Tjiptadi-381 saat mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Prajurit TNI AL di atas KRI Tjiptadi-381 saat mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Indonesia menolak permintaan Amerika Serikat untuk mengizinkan pesawat pengawas maritim milik AS, P-8 Poseidon, mendarat dan mengisi bahan bakar di wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh empat pejabat senior Indonesia yang mengetahui masalah tersebut.
Mengutip Reuters, para pejabat AS membuat pendekatan ‘tingkat tinggi’ pada Juli dan Agustus 2020 kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelum Presiden Joko Widodo menolak permintaan tersebut.
Kantor Presiden dan pihak Kementerian Pertahanan Indonesia, kantor pers Kemlu AS dan Kedubes AS di Jakarta tidak menanggapi saat dimintai komentar terkait hal tersebut.
Pesawat P-8 Poseidon milik Navy AS. Foto: GREG WOOD/AFP
Perwakilan Departemen Pertahanan AS dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi juga menolak berkomentar.
Para pejabat mengatakan permintaan izin yang muncul ketika AS dan China meningkatkan persaingan mereka untuk mendapatkan pengaruh di Asia Tenggara, mengejutkan pemerintah Indonesia.
Hal ini karena Indonesia memiliki netralitas dalam kebijakan luar negeri yang sudah lama diterapkan. Indonesia tidak pernah mengizinkan militer asing beroperasi di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
P-8 Poseidon Mengawasi Laut China Selatan
Laut China Selatan. Foto: Getty Images
P-8 Poseidon memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh China sebagai wilayah kedaulatannya.
Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei memiliki klaim tandingan atas perairan yang kaya sumber daya itu, yang dilalui perdagangan senilai USD 3 triliun setiap tahun.
Indonesia menegaskan untuk tidak terjebak dalam ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan.
“Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini,” kata Menlu Retno dalam sebuah wawancara pada awal September.
“Indonesia ingin menunjukkan bahwa kami siap menjadi partner Anda,” lanjut Retno.
Menteri luar negeri Retno marsudi menerima kedatangan Menlu AS Mike Pompeo Foto: Paulina Herasmanindar/kumparan
AS baru-baru ini menggunakan pangkalan militer di Singapura, Filipina, dan Malaysia untuk mengoperasikan penerbangan P-8 di atas Laut China Selatan, kata analis militer.
ADVERTISEMENT
China telah meningkatkan latihan militer tahun ini, sementara AS telah meningkatkan tempo operasi navigasi, penyebaran kapal selam, dan penerbangan pengawasan.
Kecanggihan P-8 Poseidon
Pesawat Boeing P-8 Poseidon dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Foto: Jon Nazca/REUTERS
P-8 Poseidon, dengan radar canggih, kamera definisi tinggi, dan sensor akustik, telah memetakan pulau, permukaan, dan bawah laut di Laut China Selatan setidaknya selama enam tahun.
Saat membawa sonobuoy dan rudal, pesawat dapat mendeteksi dan menyerang kapal dan kapal selam dari jarak jauh. Pesawat tersebut juga memiliki sistem komunikasi yang memungkinkannya untuk mengendalikan pesawat tak berawak.
Sebelumnya, pada 2014, AS menuduh jet tempur China datang dalam jarak 20 kaki dan mengeksekusi laras di atas P-8 yang berpatroli di Laut China Selatan. China menyebut tudingan AS itu "tidak berdasar".
ADVERTISEMENT