Inggris: Mali Adalah Bukti Aktivitas Berbahaya Rusia di Luar Ukraina

8 April 2022 15:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Mali. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Mali. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Pasukan Mali dan tentara bayaran Rusia diduga mengeksekusi sekitar 300 orang di Moura, Mali. Wakil Perwakilan Inggris untuk PBB James Kariuki mengatakan, laporan pembantaian itu menggarisbawahi tingkat aktivitas berbahaya Kremlin di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
"Kami tahu bahwa, pada awal 2022, sekitar 1.000 tentara bayaran Rusia telah ditempatkan di Mali," kata Kariuki kepada Dewan Keamanan PBB, dikutip dari Al-Jazeera.
"Sama seperti kehadiran tentara bayaran Rusia yang mendorong peningkatan pelanggaran HAM di Republik Afrika Tengah tahun lalu, kami khawatir kami sekarang melihat hal yang sama di Mali," tambah dia.
Pada 1 April, tentara Mali mengumumkan, mereka telah membunuh 203 gerilyawan di Moura pada akhir Maret. Namun, pengumuman itu menyusul beberapa unggahan media sosial tentang pembantaian warga sipil di daerah tersebut.
Serangan bom bunuh diri di kamp militer Mali Foto: Reuters TV/Reuters
Penyelidikan Human Rights Watch (HRW) mengungkap, sekitar 300 warga sipil turut dieksekusi di Moura selama operasi oleh pasukan asing dan pasukan Mali.
"(Eksekusi itu) kekejaman tunggal terburuk yang dilaporkan dalam konflik bersenjata selama satu dekade di Mali," ungkap badan pengawas HAM itu.
ADVERTISEMENT
HRW mengatakan, sejumlah sumber mengidentifikasi para pasukan asing itu sebagai orang Rusia. Sebelumnya, Kremlin dilaporkan telah memasok instruktur militer ke Mali.
Aksi Unjuk Rasa di Bamako, Mali. Foto: Reuters
Amerika Serikat, Prancis, dan negara lainnya mengatakan, ‘instruktur militer’ yang dikirim Rusia adalah mata-mata dari perusahaan keamanan swasta, Wagner Group.
Wagner Group adalah unit paramiliter yang juga diduga membantu separatis Rusia di wilayah Donbass, Ukraina. Rusia secara konsisten membantah hubungan kelompok itu dengan negara mereka.
Mali telah memerangi konflik ekstremis brutal sejak 2012. Sejumlah area negara itu berada di luar kendali pemerintah karena konflik brutal tersebut.
Konflik itu juga telah tersebar ke negara tetangga, seperti Burkina Faso dan Niger. Pertempuran telah menewaskan ribuan tentara dan warga sipil. Ratusan ribu orang juga terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Penulis: Airin Sukono