SQUARE, Kota Tua sepi

Intervensi Negara Jadi Kunci Perangi Corona

29 Maret 2020 18:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penutupan Plaza Indonesia, Jakarta, di tengah wabah corona. Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Penutupan Plaza Indonesia, Jakarta, di tengah wabah corona. Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Sebanyak 2,5 juta orang di Indonesia bisa terinfeksi coronavirus bila negara tak melakukan intervensi. Namun, jumlah itu bisa susut signifikan bila langkah intervensi dipilih.
COVID-19 Modelling Scenarios Indonesia yang dibuat tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dalam menahan pertumbuhan kasus coronavirus di suatu negara, termasuk Indonesia.
Semakin cepat intervensi dilakukan, dan semakin tinggi intensitasnya, maka laju infeksi kasus corona dapat semakin terkendali. Hal itu terlihat dari kasus di Korea Selatan dan Italia, ketika jumlah kasus baru per hari tampak turun setelah dua minggu negara melakukan intervensi. Pun meski Korsel dan Italia mengambil start dan cara intervensi berbeda.
Foto: Dok. FKM UI
Otoritas Korea Selatan yang start lebih awal dengan sistem deteksi dini yang baik, melakukan intervensi social distancing berupa pembatasan sukarela seperti penutupan sekolah, pelarangan berkerumun, dan pembatasan perjalanan.
Sementara itu, deteksi dini digalakkan lewat massive rapid test yang nyaman (drive-through) dan cepat keluar hasilnya. Pada waktu bersamaan, pelacakan kontak pasien positif COVID-19 dilakukan ekstensif, dan isolasi mandiri di rumah dimonitor lewat ponsel.
Foto: Dok. FKM UI
Berbeda dengan Korsel, Italia start belakangan karena deteksi yang terlambat. Pemerintahnya juga menerapkan social distancing, namun lebih keras berupa lockdown (karantina wilayah senegara).
Tidak boleh ada pergerakan publik dan perkumpulan massa di Italia. Maka pertandingan olahraga, sekolah, bisnis komersial, acara sosial, dan area publik, semua ditutup.
Sampai saat ini, Italia mencatatkan rekor kematian tertinggi di dunia akibat COVID-19. Jumlah itu niscaya akan semakin tinggi andai tak ada intervensi negara.
Bagaimana dengan Indonesia?
Tim FKM UI yang terdiri dari Iwan Ariawan, Pandu Riono, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril merancang skenario pemodelan berdasarkan perhitungan yang mencakup jumlah populasi orang dewasa; tingkat reproduksi dasar (basic reproduction rate) bahwa setiap pasien positif COVID-19 minimal menginfeksi dua orang lainnya; jumlah pasien (case rate) yang memerlukan perawatan di rumah sakit; dan waktu penggandaan kasus, yakni 4 hari.
Skenario pemodelan dirancang dalam empat kemungkinan: 1) Tanpa intervensi, 2) Intervensi rendah (mild intensity), 3) Intervensi moderat, dan 4) Intervensi tinggi (high intensity).
Yang dimaksud intervensi rendah adalah penerapan social distancing secara sukarela (imbauan) dan pembatasan kerumunan. Sementara intervensi moderat ialah tes corona massal (massive rapid test) dengan cakupan rendah dan penutupan sekolah/bisnis. Sedangkan intervensi tinggi yaitu massive rapid test dengan cakupan luas dan social distancing secara wajib (lewat instrumen hukum).
Berikutnya, efek ketiga jenis intervensi tersebut diukur dan digunakan untuk memprediksi: 1) Jumlah total kumulatif kasus corona di Indonesia, 2) Jumlah kasus baru harian di Indonesia, 3) Jumlah kematian kumulatif akibat corona di Indonesia.
Hasilnya sebagai berikut:
Prediksi jumlah total kumulatif kasus corona di Indonesia. Foto: Dok. FKM UI
Menurut skenario pemodelan tersebut, virus corona bisa menginfeksi 2,5 juta orang di Indonesia bila negara tak melakukan intervensi; 1,7 juta orang bila dilakukan intervensi ringan; 1,2 juta orang bila dilakukan intervensi moderat, dan 500 ribu “saja” bila intervensi ketat diterapkan.
Prediksi jumlah kasus baru harian di Indonesia. Foto: Dok. FKM UI
Sementara dari kurva berikut di bawah, kasus kematian akibat coronavirus di Indonesia bisa mencapai 240.244 orang bila negara tak mengintervensi, 144.266 orang bila terdapat intervensi ringan, 47.984 orang bila dilakukan intervensi moderat, dan 11.898 orang bila intervensi ketat diterapkan.
Prediksi jumlah kematian kumulatif akibat corona di Indonesia. Foto: Dok. FKM UI
Kesimpulannya: semakin tinggi intervensi negara, semakin lambat laju kasus corona, dan semakin rendah angka kematian.
Lebih lanjut, intervensi negara juga berdampak pada beban yang akan ditanggung sistem kesehatan nasional. Semakin minim intervensi, maka kerja sistem kesehatan akan semakin berat melebihi kapasitas yang tersedia.
Berdasarkan COVID-19 Modelling Scenarios Indonesia tersebut, tim FKM UI merekomendasikan empat kebijakan, yakni:
Khusus untuk poin pertama, yakni mewajibkan social distancing, ada dua opsi yang dapat ditempuh, yakni:
Sunyi kawasan Kota Tua Jakarta di tengah wabah corona. Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Pandu Riono, PhD., dokter dan staf pengajar FKM UI yang ikut menyusun skenario pemodelan tersebut, menegaskan bahwa karantina pulau paling tidak harus dilakukan, bukan sekadar kota.
Karantina Pulau Jawa. Batasi mobilitas di dalam pulau. Batasi mobilitas penduduk di dalam pulau dan antar-pulau. Tidak boleh ada perpindahan antar-provinsi atau antar-kabupaten di pulau itu. Dan lakukan segera mungkin, karena seharusnya sudah dari minggu lalu.”
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk membantu mencegah penyebaran coronavirus COVID-19. Yuk, bantu donasi sekarang!
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten