news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Irak Repatriasi Ratusan Keluarga Pengikut ISIS dari Kamp di Suriah

19 Oktober 2022 2:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita bersama anaknya di kamp al-Hol yang ditempati oleh keluarga pejuang Negara Islam (IS) di Suriah pada 17 Oktober 2019. Foto: AFP/Delil SOULEIMAN
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita bersama anaknya di kamp al-Hol yang ditempati oleh keluarga pejuang Negara Islam (IS) di Suriah pada 17 Oktober 2019. Foto: AFP/Delil SOULEIMAN
ADVERTISEMENT
Wilayah otonomi Kurdi di Suriah memulangkan ratusan kerabat pengikut ISIS yang ditahan di kamp Al-Hol menuju Irak.
ADVERTISEMENT
Otoritas Irak mengkoordinasikan langkah pemindahan orang-orang dari kamp yang terkenal kejam tersebut.
Sumber yang merahasiakan namanya mengatakan, 634 warga Irak telah menyeberang dari Al-Hol dan pulang ke negaranya pada Selasa (18/10).
"Pemerintah Irak memulangkan 161 keluarga, termasuk 659 orang, dari kamp Al-Hol ke Irak," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), dikutip dari AFP, Rabu (19/10).
Irak berencana memulangkan 500 keluarga dari Al-Hol hingga akhir 2022. Kamp itu terletak kurang dari sepuluh kilometer dari perbatasan Irak dengan Suriah.
Al-Hol adalah kamp terbesar bagi anggota ISIS yang diusir dari wilayah yang mereka kendalikan di Suriah pada 2019.
Penduduk Suriah melarikan diri dari wilayah ISIS Foto: Mezopotamya Agency, via AP
Kamp yang dikelola orang Kurdi itu menaungi 5.000 tersangka ISIS dan keluarganya dari Suriah, Irak, dan 60 negara lainnya di dunia. Lebih dari setengah penduduknya adalah anak-anak.
ADVERTISEMENT
PBB mengatakan, kamp tersebut menyaksikan lonjakan kekerasan sejak awal 2021. Dilansir Anadolu Agency, PBB menyesalkan kondisi tidak manusiawi yang terlihat selama kunjungannya ke Al-Hol.
Aktivis HAM dan pihak berwenang Kurdi lantas meminta negara-negara untuk memulangkan warganya yang ditahan di Al-Hol. PBB juga telah berulang kali membuat desakan serupa.
Turki, Rusia, dan Kazakhstan telah melangsungkan proses repatriasi dari fasilitas penahanan sementara itu. Tetapi, negara-negara Barat enggan mendengar seruan tersebut. Mayoritasnya mengkhawatirkan ancaman keamanan dan reaksi politik dalam negeri.
"Tahun ini saja, setidaknya 26 orang, termasuk tiga pekan ini, telah dibunuh di kamp. 20 dari mereka yang dibunuh adalah perempuan," terang Koordinator Kemanusiaan PBB di Suriah, Imran Riza, pada Oktober.