Iran dan AS Mulai Perundingan Nuklir yang Terhenti Sejak Maret

28 Juni 2022 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi reaktor nuklir Iran. Foto: AFP/MAJID ASGARIPOUR / MEHR NEWS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi reaktor nuklir Iran. Foto: AFP/MAJID ASGARIPOUR / MEHR NEWS
ADVERTISEMENT
Iran dan Amerika Serikat akan kembali memulai perundingan nuklir yang sempat terhenti sejak Maret. Pembicaraan ini bertujuan untuk memulihkan perjanjian nuklir penting yang ditetapkan pada 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan ini akan di gelar di Doha, Qatar dengan mediasi yang dilakukan oleh pihak Uni Eropa.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, mengatakan, kepala perundingan Teheran Ali Bagheri Kani akan melakukan perjalanan ke Doha pada Selasa (28/6/2022). Ia akan menjadi pimpinan delegasi Iran pada perundingan itu.
Sementara itu, utusan Khusus AS untuk Iran, Robert Malley, juga dilaporkan tengah menuju ke ibu kota Qatar.
Laporan di media Iran dan Barat mengatakan, Bagheri Kani dan Malley akan bertemu dengan menteri luar negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, secara terpisah.
Dilansir Al Jazeera, kabar pembicaraan ini muncul dua hari setelah kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell melakukan perjalanan ke Teheran.
ADVERTISEMENT
Borrel bertemu Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dan keduanya mengumumkan akan segera memulai kembali pembicaraan nuklir yang menemui jalan buntu sejak Maret lalu.
Iran telah menekankan mereka ingin memastikan bahwa manfaat ekonomi yang dijanjikan berdasarkan kesepakatan awal akan dijamin selama negosiasi ini.
Sementara itu, AS ingin memulihkan kesepakatan untuk mengembalikan pembatasan pada program nuklir Iran, yang menurut Teheran bersifat damai.
Pada 2015, Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau yang dikenal sebagai Kesepakatan Nuklir Iran. Kesepakatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa program nuklir Iran dilakukan untuk tujuan damai.
Pada 2018, Amerika Serikat secara sepihak meninggalkan kesepakatan ini pada masa kepresidenan Donald Trump. Washington kemudian memberlakukan sanksi keras terhadap Iran yang diberlakukan hingga hari ini oleh Presiden Joe Biden.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan untuk memulihkan JCPOA, dimulai pada April 2021 antara China, Rusia, Prancis, Jerman, dan Inggris dengan Iran di Wina. AS secara tidak langsung berpartisipasi dalam pembicaraan ini.
Sebagian besar masalah berhasil diluruskan pada Maret lalu. Namun beberapa masalah konsekuensial seputar ruang lingkup pencabutan sanksi tetap ada antara Iran dan AS.
Pembicaraan kemudian berlanjut secara tidak langsung melalui mediasi UE, tetapi negosiator gagal menyepakati masalah antara kedua negara ini. Salah satunya isu itu terkait pencabutan label teroris asing pada Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Tidak ada jaminan bahwa pembicaraan Qatar akan menghasilkan kesepakatan akhir. Namun ini dapat menjadi upaya terakhir karena waktu yang tersisa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir kian terbatas.
ADVERTISEMENT
Awal bulan ini, Iran membongkar 27 kamera pemantau yang dibuat oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagai bagian dari JCPOA.
Baik direktur jenderal IAEA, Rafael Grossi, dan Borrell dari Uni Eropa telah memperingatkan bahwa langkah Teheran dapat berakibat fatal bagi upaya JCPOA jika solusi tidak segera ditemukan dalam beberapa pekan ke depan.
Penulis: Airin Sukono.