Iran Menolak Disalahkan Atas Penikaman Salman Rushdie

15 Agustus 2022 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penulis Inggris Salman Rushdie berpose saat sesi foto di Paris, 18 September 2018. Foto: JOEL SAGET / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Penulis Inggris Salman Rushdie berpose saat sesi foto di Paris, 18 September 2018. Foto: JOEL SAGET / AFP
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan, pihak yang perlu disalahkan atas penikaman penulis kontroversial Salman Rushdie pada pekan lalu, adalah sang penulis itu sendiri dan para pendukungnya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini disampaikan Kanaani dalam sebuah konferensi pers yang digelar pada Senin (15/8).
“Kami percaya tidak ada seorang pun kecuali (Rushdie) sendiri dan para pendukungnya yang harus disalahkan atas serangan itu,” ucap Kanaani, seperti dikutip dari TASS.
Rushdie merupakan seorang penulis keturunan Inggris-India yang menjadi sosok kontroversial usai bukunya yang berjudul ‘The Satanic Verse’ dirilis pada 1988 silam. Buku ini dinilai telah menistakan agama Islam dan tidak menghormati Nabi Muhammad SAW.
Sejak saat itu, Rushdie menjadi incaran Iran. Bahkan, seorang eks pemimpin revolusioner Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989 lalu menyerukan kematian Rushdie melalui sebuah fatwa.
Rushdie hidup secara sembunyi-sembunyi selama bertahun-tahun dan tidak dapat menemui keluarganya sendiri. Ia baru dapat keluar dari persembunyiannya di akhir 1990-an usai Iran mengumumkan tak lagi mendukung aksi pembunuhan atas dirinya pada 1998.
ADVERTISEMENT
Namun pekan lalu, ia ditikam oleh seorang pria misterius saat sedang menjadi pembicara di sebuah acara sastra yang digelar Institut Chautauqua, New York, Amerika Serikat (AS), pada Jumat (12/8).
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara pada hari pembukaan Forum Ekonomi Positif di Le Havre, barat laut Prancis, 16 September 2016. Foto: CHARLY TRIBALLEAU / AFP
Pelaku secara tiba-tiba naik ke atas panggung saat Rushdie sedang berbicara. Rushdie kemudian dilaporkan mengalami luka tusukan di bagian dada dan leher imbas dari insiden tersebut.
“Tidak ada yang berhak menyalahkan Iran (atas upaya terhadap nyawa novelis itu),” sambung Kanaani.
Meski menyangkal semua tuduhan yang dilayangkan terhadap Iran, kabar penikaman Rushdie disambut baik oleh media-media di negara itu.
Beberapa kantor berita Iran bahkan mengapresiasi tindakan si pelaku yang hingga kini masih diselidiki oleh pihak kepolisian.
Sebuah kantor surat kabar Kayhan, yang pemimpin redaksinya ditunjuk oleh Khomeini, dalam sebuah pernyataan tertulis memuji tindakan sang pelaku.
ADVERTISEMENT
“Seribu pujian kepada orang yang berani dan berbakti yang menyerang Salman Rushdie di New York yang murtad dan tak terpuji,” kata pemimpin redaksi surat kabar Kayhan, seperti dikutip dari Reuters, pada Sabtu (13/8).
“Tangan orang yang merobek leher musuh Tuhan harus dicium,” sambung dia.
Menurut laporan media, Rushdie hingga kini masih menjalani perawatan di rumah sakit dan menggunakan bantuan ventilator untuk bernapas. Ia masih kesulitan untuk berbicara. Sebuah laporan menyebut, Rushdie kemungkinan akan kehilangan sebelah matanya.
Semasa hidupnya, pria berumur 75 tahun itu telah menerima berbagai penghargaan untuk karya-karyanya, seperti Booker Prize yang ia menangkan pada 1981 untuk novel populernya, Midnight’s Children.
Sejak Rushdie keluar dari persembunyiannya, ia memilih untuk tinggal di AS sejak 2000. Ia memperoleh kewarganegaraan AS 16 tahun kemudian.
ADVERTISEMENT