news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ironi Novel Baswedan: Diserang di Negeri Sendiri, Dihargai di Negara Orang

12 Februari 2020 13:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kiri) mendapat penghargaan antikorupsi internasional dari PIACCF di Malaysia. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kiri) mendapat penghargaan antikorupsi internasional dari PIACCF di Malaysia. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Perjalanan karier Novel Baswedan bak ironi. Saat ini, kedua matanya rusak. Hal itu tak terlepas dari posisinya sebagai penyidik senior KPK.
ADVERTISEMENT
Novel Baswedan harus menerima kenyataan kedua matanya rusak akibat disiram air keras. Mata kanannya kini hanya berfungsi 60 persen untuk melihat. Itu pun dengan bantuan lensa khusus.
Sementara mata kirinya, menurut dokter, sudah tidak bisa lagi diperbaiki. Kondisi terakhir mata kiri hanya dapat melihat cahaya. Itu pun tetap harus mendapat perawatan untuk menghindari infeksi yang bisa menyebabkan bola mata harus diangkat.
Novel Baswedan tiba di RS Jakarta Eye Center. Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Kasusnya pun tak mudah terungkap. Beberapa kali Polri membentuk tim untuk mengungkapnya. Sejumlah sketsa penyerangan Novel Baswedan pun sempat dibuat.
Setelah 2 tahun 6 bulan, akhirnya Polri mengungkap kasus tersebut. Pelakunya tak lain 2 anggota Polri aktif, Rahmat Kadir dan Ronny Bugis.
RB (depan) dan RM (belakang), dua tersangka penyiram Novel Baswedan di Rutan Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (28/12). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Motif penyerangannya pun disebut karena kedua pelaku tidak suka dengan penyidik senior KPK tersebut. Keduanya menilai Novel yang juga mantan polisi itu sebagai pengkhianat.
ADVERTISEMENT
Hal itu menjadi ironi. Sebab, Novel Baswedan yang diserang di negaranya sendiri justru mendapat penghargaan di negeri orang. Ia baru saja menerima Penghargaan Antikorupsi Internasional di Malaysia.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kiri) mendapat penghargaan antikorupsi internasional dari PIACCF di Malaysia. Foto: Dok. Istimewa
Penghargaan dari Perdana International Anti-Corruption Champion Foundation (PIACCF) itu diserahkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahathir bin Mohamad. Penghargaan itu sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras, keberanian, dedikasi, dan komitmen keduanya dalam memberantas korupsi.
"Malam ini, kami di sini untuk menghormati dua petugas pemberani yang membayar mahal dalam upaya mereka untuk memerangi korupsi," kata Mahathir dalam sambutannya di Putrajaya Marriot Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia, (11/2).
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berjabat tangan dengan penyedik KPK Novel Baswedan di peluncuran Perdana International Anti-Corruption Champion Fund. Foto: ANTARA FOTO/Agus Setiawan
Penerima penghargaan yang pertama ialah Anthony Kevin Morais. Ia merupakan Deputi Jaksa Senior Malaysia yang dibunuh ketika melakukan penyelidikan kasus korupsi tahun 2015.
ADVERTISEMENT
"Penerima kedua ialah Novel Baswedan, petugas KPK, Indonesia. Ia disiram air keras saat melakukan investigasi pada Juni 2016. Membuatnya buta sebagian," sambungnya.
Piagam penghargaan Novel Baswedan dari International Anti-Corruption Champion Fund (PIACCF). Foto: Dok. Istimewa
Tak hanya penghargaan simbolik, bantuan dana akan diberikan kepada Anthony Kevin Morais dan Novel Baswedan. Meski tak disebut berapa bantuan dana tersebut.
Pemberian penghargaan ini memang bersamaan dengan peluncuran PIACCF. Lembaga tersebut akan mengelola dana untuk mendukung tugas pemberantasan korupsi. Seperti kasus Anthony Kevin Morais yang dibunuh dan Novel Baswedan yang diserang saat menjalankan tugasnya.
Ia menyebut bahwa memerangi korupsi merupakan pekerjaan yang berbahaya. Bahkan mereka harus mempertaruhkan nyawanya dalam melaksanakan tugasnya itu.
Hal itu lantaran para koruptor tergolong orang kaya dan berkuasa. Mereka pun punya daya dan kuasa untuk menyingkirkan pihak-pihak yang berupaya menghalangi.
ADVERTISEMENT
"Apa yang membuat dana ini istimewa dan sekaligus penting adalah karena akan berfungsi sebagai sistem pendukung bagi petugas anti-korupsi yang telah menjadi korban dan menjadi sasaran penganiayaan dalam menjalankan tugas," kata Mahathir.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kedua kanan) dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kiri) di Malaysia. Foto: Dok. Istimewa
Menerima penghargaan tersebut, Novel Baswedan mengaku hal itu merupakan sebuah penghargaan baginya. Penghargaan internasional itu menjadi tanda bahwa isu pemberantasan korupsi bukan hanya permasalahan masing-masing negara saja, tetapi juga merupakan masalah bersama masyarakat dunia.
"Apresiasi saya terhadap upaya pemerintah Malaysia dalam memberikan perlindungan kepada para petugasnya dalam melaksanakan tugas untuk memberantas korupsi," ujar Novel Baswedan.
Ia pun berharap penghargaan ini menjadi semangat bagi para pegawai KPK dan para aktivis anti-korupsi di Indonesia terus berjuang melawan korupsi
"Di tengah pelemahan terhadap KPK yang sekarang sedang terjadi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Giri Suprapdiono, mengapresiasi pemberian penghargaan tersebut.
"Kami sangat mengapresiasi rekan kita, Saudara Novel Baswedan, dan Pemerintah Malaysia yang memberikan penghargaan the PIACCF, untuk pertama kalinya dan yang diberikan Langsung Tun Mahathir Muhammad, pimpinan negara yang sangat terkenal antikorupsi. Ini penghargaan yang luar biasa," kata Giri.
Selain itu, ia berharap adanya penghargaan itu membuat KPK tetap bersemangat memberantas korupsi.
"Mata kiri Novel sudah tidak bisa melihat lagi, namun Dunia kini justru melihat lebih jelas sepak terjangnya memberantas korupsi. Indonesia mesti belajar mengapresiasi dan memperkuat anti korupsi," pungkasnya.