Jadi Wamenhan, Trenggono Akui Belum Paham soal Alutsista

25 Oktober 2019 17:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wahyu Sakti Trenggono tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
 Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wahyu Sakti Trenggono tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono mengikuti acara penyambutan yang digelar Kementerian Pertahanan, Jumat (25/10). Dalam acara yang digelar di gedung Jenderal Soedirman itu, Trenggono mengakui dirinya belum menguasai sama sekali soal alutsista.
ADVERTISEMENT
“Kalau alutsista sudah domainnya militer. Saya enggak paham, malah saya mau belajar dari bapak-bapak di sini,” ujar Trenggono.
“Dalam konteks pertahanan, apa yang seharusnya kita kembangkan, saya mohon izin belum tahu, karena saya baru masuk hari ini,” sambung Trenggono.
Hal tersebut ia akui lantaran latar belakangnya yang memang bukan dari bidang militer, melainkan pengusaha. Atas dasar itu, menurutnya dalam bidang alutsista, ia hanya akan membantu lebih ke arah inovasi serta strategi industrinya.
“Soal alutsista menurut saya di kementerian ini sudah pakarnya. Paling-paling saya ikut lebih di soal bagaimana soal marketingnya, inovasi baru supaya lebih efisien,” jelasnya.
Calon Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Atas dasar itulah sejak dari kali pertama menginjakkan kaki di Kemhan, Trenggono meminta agar latar belakangnya itu tidak menjadi hambatan bagi semua pejabat Kemhan. Sebab, kementerian tempat ia bertugas itu didominasi kalangan militer.
ADVERTISEMENT
“Saya menjadi keluarga baru. Saya berharap tidak terlalu ada gap antara saya, kebetulan menjabat sebagai wakil Pak Prabowo, tapi saya ingin melebur supaya komunikasi dengan saya lebih nyambung,” ujarnya.
Lebih jauh, bicara soal persenjataan ke depan, arahnya akan berubah kepada senjata berbasis teknologi. Sebab, ancaman yang dihadapi bukanlah perang. Misalnya virus hingga teknologi berbasis artificial intelligence lainnya.
“Bicara ilmu persenjataan barangkali perang masa depan itu barangkali bukan lagi dengan senjata. Tetapi virus, penyakit, atau bahkan barangkali yang sekarang ini sudah dengan broadband, teknologi artificial intelligence,” jelasnya.