Jakarta Makin Macet: Mobilitas ke Mal Naik 37%, ke Kantor Naik 25%

9 November 2021 16:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepadatan lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, saat masa perpanjangan PPKM Level 3, Rabu (29/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepadatan lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, saat masa perpanjangan PPKM Level 3, Rabu (29/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Status PPKM Level 1 di DKI Jakarta sejak 2 November lalu membuat aktivitas masyarakat makin leluasa. Pasalnya, aturan saat ini sangat longgar ketimbang masa PPKM Darurat yang berlaku pada 3-20 Juli 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
Kebijakan penurunan level di ibu kota memungkinkan masyarakat untuk plesir ke sejumlh ruang publik. Mulai dari mal, taman, hingga perkantoran.
Berdasarkan data Tomtom Trafix Index yang diolah kumparan, tingkat kemacetan pun semakin tinggi di jam sibuk. Tepatnya pada pukul 08.00 dan 18.00 WIB di hari kerja.
Sejak PPKM Level 1, indeks kemacetan di Jakarta pada pukul 18.00 WIB mencapai angka tertinggi, yaitu 95 persen. Angka ini naik 5 kali lipat dibandingkan data Juli lalu.
Hal senada juga ditemukan pada waktu pergi ke kantor sekitar pukul 08.00 WIB. Arus lalu lintas kian padat, sehingga indeks kemacetan naik dari 13 persen ke 43 persen.
Lantas, ke mana saja warga beraktivitas sehingga jalanan semakin macet?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Google COVID-19 Community Mobility Reports yang diolah kumparan, kenaikan mobilitas di Jakarta terjadi paling parah di sektor taman. Data tersebut diambil dari GPS yang melacak pergerakan masyarakat.
Ilustrasi GPS. Foto: Pixabay
Dasar pengukuran yang dilakukan Google untuk menentukan naik turunnya mobilitas adalah data nilai median periode 3 Januari-6 Februari 2020 atau saat sebelum pandemi (baseline). Artinya, naik atau turunnya data mobilitas di suatu wilayah ditentukan oleh periode hari tertentu terhadap data di masa sebelum pandemi.
Sebagai contoh, mobilitas masyarakat ke sektor retail seperti mal pada 5 November ada di angka -6. Artinya, mobilitas ke tempat itu turun 6 persen dari nilai median periode 3 Januari-6 Februari 2020 atau saat situasi normal.
Grafik di bawah ini menggambarkan tren mobilitas dari hari ke hari. Acuannya adalah baseline sebelum pandemi. Kita bisa melihat pula, misalnya, mobilitas ke toko bahan makanan naik 12 persen dibanding sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu,kami juga mengukur data mobilitas saat PPKM darurat terhadap penerapan PPKM level. Titik pijaknya adalah data PPKM darurat pada 16 Juli 2021 (Jumat) terhadap data 5 November 2021 (Jumat).
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Jika dibandingkan dengan data PPKM Darurat, terdapat peningkatan mobilitas masyarakat pada aktivitas retail dan rekreasi sebesar 37 persen.
Pusat perbelanjaan, restoran, kafe, taman hiburan, bioskop, museum, dan perpustakaan termasuk dalam kategori ini. Pada 16 Juli lalu, tren mobilitas berada di angka -43 persen, lalu meningkat pesat menjadi -6 persen pada 5 November 2021.
Temuan serupa juga terdapat pada tren mobilitas masyarakat untuk toko bahan makanan dan apotek di Jakarta. Beberapa tempat yang masuk ke dalam kategori ini adalah pasar grosir, toserba, toko makanan khusus, gudang makanan, dan toko obat. Lonjakan mobilitas masyarakat mencapai 21 persen.
ADVERTISEMENT
Pada aktivitas luar ruangan seperti taman kota, pantai umum, dan taman nasional, indeks mobilitas mengalami kenaikan sebesar 40 persen.
Hal ini tidak jauh berbeda di transportasi umum dan tempat kerja. Tingkat kenaikan mobilitas masyarakat di transportasi umum cukup tinggi, yakni 33 persen.
Sedangkan di perkantoran, terjadi peningkatan mobilitas hingga 2 kali lipat. Dari -49 persen pada 16 Juli 2021 menjadi -24 persen pada 5 November 2021. Peningkatan ini terjadi akibat longgarnya aturan WFO (Work From Office) di beberapa kantor.
Pada area permukiman, indeks mobilitas masyarakat justru menurun dari 23 persen ke 9 persen. Hal ini terjadi sebab pada PPKM Level 1, masyarakat diperbolehkan bepergian ke lokasi lain dengan lebih leluasa, seperti bekerja di kantor atau melakukan perjalanan ke luar kota.
ADVERTISEMENT