Jalan Terang Ridwan, Penjual Kerupuk Tunanetra, untuk Sembuhkan Istri

1 Mei 2022 22:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ridwan saat berbuka puasa di Jalan Karya Kasih Medan, sambil berjulaan kerupuk. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ridwan saat berbuka puasa di Jalan Karya Kasih Medan, sambil berjulaan kerupuk. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Kumandang azan terdengar jelas di Jalan Karya Kasih, Kota Medan, Sabtu (30/4). Jalanan yang sedari siang ramai berangsur sepi. Di bawah temaram lampu jalan—satu-satunya penerangan yang ada—Ridwan Hutabarat (57) duduk bersandar, menyantap es kelapa dan kue yang jadi menu buka puasa terakhirnya tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah hari ini [buka puasa] pakai es. Tadi ada hamba Allah yang memberi," ucap syukur Ridwan saat mengobrol dengan kumparan, Sabtu (30/4).
Sejak lahir Ridwan tak bisa melihat. Namun menjadi buta bukan berarti ia jadi kehilangan semangat. Setiap hari, ia berkeliling Kota Medan, menjajakan dagangannnya sambil memasrahkan jalan pada tongkat alumunium yang jadi pengganti mata baginya.
Ridwan saat berjualan kerupuk di Jalan Karya Kasih Medan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Berbungkus-bungkus kerupuk tergantung di tongkat itu. Kerupuk ini memang terlihat murah, namun di situlah Ridwan menumpukan seluruh harapannya untuk mengobati belahan jiwanya yang terkena stroke.
Panas, hujan, hingga gigitan nyamuk tak jadi soal baginya. Apa pun yang terjadi, Ridwan tetap tekun menunggu pembeli. Namun rupanya keberuntungan bukan miliknya malam itu. Sudah lima jam berjualan, dagangannya baru laku lima. saja.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, baru laku lima," ujarnya sambil tersenyum getir.
Dari satu bungkus kerupuk yang dijual Rp10 ribu, Ridwan mendapat untung setengahnya. Artinya, hari itu ia hanya mendapat Rp25 ribu. Padahal, ia harus membayar ongkos becak motor untuk pulang-pergi sebesar Rp60 ribu.
"Ini kan baru laku lima, tapi kemarin pernah laku tiga puluh bungkus, kadang dua puluh lima, kadang dua puluh. Yang jelas cuma Allah ta'ala yang tahu [kebutuhan saya]. Yang penting kan upaya saya," kata Ridwan.
Sebelum berdagang, Ridwan sebenarnya sempat membuka jasa pijat tunanetra. Namun karena pandemi, usahanya itu jadi sepi. Ia pun banting profesi berjualan kerupuk. Bukan cuma sekali atau dua kali ia ditipu oleh pembeli, namun Ridwan tak ambil soal.
ADVERTISEMENT
"Ada pembeli, katanya uangnya Rp50 ribu, tapi sebenarnya cuma Rp5 ribu. Tapi biar saja. Mungkin dia lebih susah dari saya. Enggak usah kita apakan lagi. Minta saja sama Allah gantinya, insyaAllah dikabulkan. Buktinya saya masih bertahan hingga sekarang," kata bapak anak dua ini.
Ridwan biasanya baru berdagang dari siang hingga jam sembilan malam. Namun belakangan ia pulang lebih larut dengan harapan bisa mendapat lebih banyak pembeli.
Ridwan bersama istrinya Rukiyah di rumah kontrakannya di Jalan Sampul, Kota Medan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Dua tahun lalu istri Ridwan, Rukiyah (48), terkena stroke. Sejak saat itu, dengan segala keterbatasannya, Ridwan merawat Rukiyah dengan sabar, mulai dari memberi makan hingga membantu buang air. Awalnya Ridwan juga membawa istrinya terapi sepekan sekali. Namun karena ia tak bisa membayar lagi biaya terapi yang sebesar Rp100 ribu itu, kegiatan itu terpaksa terhenti.
ADVERTISEMENT
Ridwan sebenarnya juga sempat mengumpulkan uang untuk membeli alat terapi seharga Rp2,1 juta. Itung-itung agar istrinya bisa memulihkan diri di rumah. Namun karena kondisi ekonomi yang mencekik, uang tabungannya harus dikuras untuk bertahan hidup.
"Kalau alat terapi bisa dibeli, ibu jadi lebih enak. Ada pemanasnya itulah, jadi jaringan syaraf kalau kena ini kan agak enakan," cetusnya.
Ridwan saat berjualan kerupuk di Jalan Karya Kasih Medan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Sebenarnya Ridwan punya dua anak lelaki, namun keduanya belum bekerja. Si sulung baru tamat sekolah, sedangkan si bungsu masih SMA. Tinggallah Ridwan sebagai tulang punggung keluarga. Namun ia tak menyalahkan takdir. Baginya, selagi bisa beribadah dan bersyukur, Allah akan melapangkan hatinya.
“Yang penting saya berjuang saya pasrahkan kepada Allah. InsyaAllah perasaan kita tenang, padahal kita sedang susah,” tutup Ridwan.
ADVERTISEMENT