Jangan Jadi Relawan Bencana yang Merepotkan

1 Oktober 2018 19:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim SAR berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan di Hotel Roaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
zoom-in-whitePerbesar
Tim SAR berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan di Hotel Roaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengapresiasi masyarakat yang antusias ingin menjadi relawan di bencana Sulawesi Tengah. Namun agar tidak merepotkan selama di sana, perlu ada syarat khusus bagi seorang relawan. Jangan hanya modal nekat saja.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konfrensi pers terkait bencana Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konfrensi pers terkait bencana Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, relawan dipersilakan datang ke Sulawesi Tengah. Namun sebaiknya mereka yang datang adalah orang-orang yang terlatih, bahkan kalau bisa sudah tersertifikasi.
ADVERTISEMENT
“Bukan hanya modal keinginan, modal nekat, harus kita cari relawan yang memang terlatih, syukur yang sudah tersertifikasi,” kata Sutopo di kantornya, Jl Pemuda, Jakarta Timur, Senin (1/10).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melepas Satgas Peduli Bencana Donggala - Palu di Silang Monas, Jakarta Pusat (1/10/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melepas Satgas Peduli Bencana Donggala - Palu di Silang Monas, Jakarta Pusat (1/10/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Beberapa relawan yang sudah dilatih BNPB. Beberapa datang dari lembaga penyalur donasi dan ormas Islam seperti Aksi Cepat Tanggap, Muhammadiyah dan NU. “Ada juga sertifikasi biar lebih profesional, ada dari BNPB,” imbuhnya.
Tidak hanya itu saja, ada juga beberapa relawan yang ingin membantu namun tidak punya keahlian. Terlebih lagi, kadang mereka tidak memiliki sumber daya seperti transportasi sampai logistik.
“Ikut numpang pesawat ikut ini, kita jadi malah repot,” tambahnya.
Proses pemakaman masal jenazah korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemakaman masal jenazah korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
“Ya kalau mau datang silakan, syukur dengan sumber daya sendiri bawa bantuan sendiri bawa logistik sendiri berangkatnya juga ke sana sendiri, tidak merepotkan,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kata Sutopo, memang dibutuhkan banyak relawan di Sulawesi Tengah. Salah satu yang penting adalah tenaga medis. “Itu juga nggak bisa sembarangan, malah tambah sakit nanti orangnya,” imbuhnya.
ACT kirim sejumlah tim ke Palu (Foto: Dok. ACT)
zoom-in-whitePerbesar
ACT kirim sejumlah tim ke Palu (Foto: Dok. ACT)
Sutopo menyarankan bagi masyarakat yang ingin menjadi relawan, bisa mendaftar dan bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat yang ada. Tidak bisa melalui BNPB karena staf BNPB pun terbatas.
“Staf saya mau ke sana saja kesulitan, staf staf BNPB. Ya kadang kita ikut Hercules numpang, atau ikut komersil tapi kan dari komersil nggak bisa langsung ke Palu, dari Gorontalo lewat Darat, dari Makassar,” terangnya.
Untuk relawan yang datang ke Palu dan sekitarnya, Sutopo meminta agar semua melapor. Apa yang akan mereka lakukan, bantuan apa yang diberikan, sehingga terpetakan oleh BNPB.
ADVERTISEMENT