Jangan Lupakan Kebutuhan Khusus Pasien Virus Corona Penderita Gagal Ginjal

30 Maret 2020 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas ambulans yang mengenakan pakaian hazmat, tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas ambulans yang mengenakan pakaian hazmat, tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) mendesak rumah sakit rujukan COVID-19 menyediakan fasilitas untuk pelayanan hemodialisa atau cuci darah di dalam ruangan isolasi.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum KPCDI, Tony Samosir, mengatakan, saat ini berbagai rumah sakit yang ada masih belum siap menerima pasien cuci darah yang positif terjangkit virus corona.
Hal itu, kata Tony, terlihat saat salah satu anggota KPCDI ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan diisolasi di RSUP Fatmawati, rumah sakit rujukan corona. Pasien tak terlayani sebagai pasien dengan penyakit khusus.
“Pasien cuci darah bernama Suhantono dinyatakan dengan status PDP COVID-19 dan dirujuk ke RSUP Fatmawati. Di sana pasien dirawat di ruang isolasi. Sayangnya, si pasien tidak segera dilakukan tindakan hemodialisa, harus menunggu hasil apakah pasien positif virus tersebut atau tidak,” ungkap Tony kepada kumparan, Senin (30/3).
Ilustrasi RSUP Fatmawati, Jakarta. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Tony yang juga pasien transplantasi ginjal menjelaskan, kalau harus seminggu lagi cuci darah, maka nyawa pasien akan terancam, apalagi pasien sudah beberapa hari tidak melakukan hemodialisa.
ADVERTISEMENT
“Racun dan cairan sudah menumpuk. Pasien saat ini menderita sekali. Bila nyawanya melayang bukan karena virus corona, tetapi tidak mendapat pelayanan cuci darah. Status PDP kan belum tentu positif terinfeksi?” ujar Tony.
Ketua Umum KPCDI itu mensinyalir Rumah Sakit Fatmawati serta berbagai RS rujukan tidak menyiapkan fasilitas hemodialisa khusus ketika virus corona sudah merebak.
“Kalau rumah sakit rujukan sekelas RSUP Fatmawati saja tidak menyediakan fasilitas tersebut, bagaimana rumah sakit lainnya yang kategorinya di bawah itu? Tentu lebih parah lagi. Dan faktanya rumah sakit yang bukan rujukan saja, tak ada satu pun yang siap menangani pasien cuci darah bila dinyatakan ODP, PDP dan suspect virus corona,” sesalnya.
“Jadi, tuntutan kami lengkapi semua rumah sakit dengan fasilitas hemodialisa dalam ruang isolasi, terutama rumah sakit rujukan dan termasuk di Wisma Atlet,” sambung Tony.
Petugas ambulans yang mengenakan pakaian hazmat, tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Berdasarkan penelusuran kumparan, beberapa rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan utama pasien COVID-19 saat ini memang belum memiliki fasilitas hemodialisa. Terutama ruang isolasi dengan fasilitas hemodialisa.
ADVERTISEMENT
Di RSUP Persahabatan, misalnya, tak ada fasilitas hemodialisa. Meski begitu, jika ada kasus pasien cuci darah yang positif COVID-19, RSUP Persahabatan mengklaim memiliki metode penanganan lain selain hemodialisa.
“Kami tidak mempunyai fasilitas cuci darah. Tapi bila diperlukan, kami pakai metode lainnya,” ucap Direktur Utama RSUP Persahabatan, Rita Rogayah, saat dikonfirmasi kumparan.
Begitu pula ketidaktersediaan fasilitas cuci darah di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso. Menurut Direktur Utama RSPI, Mohammad Syahril, pihaknya tidak menerima pasien COVID-19 dengan kebutuhan hemodialisa.
“Kita rujuk (ke rumah sakit lain). Sebelum pasien dikirim ke RSPI, biasanya sudah kita tanyakan riwayatnya,” jelas Syahril dihubungi terpisah.