Jangan Takut Divaksin AstraZeneca dan Pfizer

23 November 2021 9:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya. Foto: Moch Asim/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya. Foto: Moch Asim/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Stok vaksin corona Sinovac mulai menipis, yang banyak saat ini produk dari AstraZeneca dan Pfizer. Namun yang menjadi persoalan, banyak masyarakat yang ragu akan kedua vaksin ini.
ADVERTISEMENT
"Ini disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah karena Sinovac [stok] vaksinnya sudah mulai menurun, diganti oleh AstraZeneca dan Pfizer. Dua vaksin ini sama amannya, efikasinya lebih tinggi. Tapi karena baru, masyarakat masih ragu untuk menggunakannya," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers terkait evaluasi PPKM di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (22/11).
Katanya, publik khawatir akan efek samping vaksin Pfizer dan AstraZeneca. Padahal, menurutnya tak ada yang berlebihan.
Bahkan ada beberapa kelebihan esensial dari kedua vaksin tersebut.
Vaksin Pfizer merupakan vaksin dengan efikasi yang sangat tinggi. Tingkat melindungi vaksin pabrikan AS 95,4 persen untuk usia 18 tahun ke atas.
Sementara untuk usia remaja 12-17 tahun efikasinya lebih tinggi. Bahkan menurut penelitian terbaru mencapai 100 persen.
ADVERTISEMENT
Vaksin ini menggunakan messenger RNA atau mRNA, vaksin jenis baru untuk melindungi diri dari penyakit menular.
Vaksin mRNA tidak seperti vaksin lain yang memasukkan virus dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh manusia, sebaliknya vaksin ini membuat sel tubuh memproduksi protein yang memicu respons imun.
Respons imun tersebut akan menghasilkan antibodi yang bisa melindungi kita dari infeksi virus ketika mereka masuk ke dalam tubuh.
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Namun memang, di sisi lain vaksin Pfizer juga punya kelemahan. Salah satunya adalah vaksin harus disimpan di suhu yang sangat dingin. Sebab, jika ruang penyimpanan tidak stabil, vaksin dapat rusak dan menjadi tidak efektif. Suhu yang sangat dingin mampu memperlambat reaksi kimia yang memecah RNA.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh vaksin Pfizer yang harus disimpan pada suhu ruangan minus 70 derajat celsius atau lebih rendah. Suhu itu sama seperti rata-rata suhu di Antartika. Akibatnya, pendistribusian vaksin Pfizer jauh lebih sulit ketimbang vaksin lain, khususnya untuk negara-negara berkembang.
Bagaimana dengan vaksin AstraZeneca?
Menurut jurnal di Inggris, vaksin AstraZeneca efektif melawan varian Delta hingga 92%. Varian ini merupakan varian yang jauh lebih ganas dari varian asli.
Varian Delta yang pertama kali muncul di India diyakini peneliti 7 kali lebih menular. Varian ini juga bisa menyebabkan orang yang terinfeksi dalam kondisi lebih berat.
“Kalau kita lihat bahwa dari informasi salah satu jurnal public health england itu AstraZeneca itu perlindungannya sangat tinggi. Di varian Delta, 2 dosis vaksin AstraZeneca itu untuk mencegah risiko kita untuk dirawat di rumah sakit bisa sampai dengan 92%. Bahkan tidak ada kematian ya akibat mereka yang divaksinasi dengan AstraZeneca ini,” kata Nadia di YouTube FMB9ID_IKP, Selasa (27/7).
ADVERTISEMENT
Jadi, meski secara umum efikasi vaksin ini moderat atau di angka 66 persen, ia menjadi yang paling baik melawan varian paling dominan di dunia saat ini. Tak heran, sebab vaksin ini juga paling banyak diproduksi di India, asal varian tersebut.
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: JOEL SAGET / AFP
Terlepas dari itu, Menkes Budi Gunadi juga menekankan kepada masyarakat bahwa efek samping kedua vaksin ini masih terhitung tidak membahayakan. Kalaupun ada demam itu merupakan sebuah kewajaran.
"AstraZeneca, Pfizer, Moderna memang ada demam, sama seperti ketika waktu kecil divaksin cacar juga demam. Tidak usah khawatir, vaksin-vaksin ini terbukti aman, tidak usah ragu-ragu divaksin, jangan sampai terjadi apa yang di Eropa bisa terjadi di Indonesia," tegas dia.
Isu Blood Clot dan Peradangan Jantung
ADVERTISEMENT
Salah satu juga yang sempat mengemuka adalah isu kedua vaksin ini memiliki efek ke organ vital seperti jantung dan pembuluh darah.
Saat di fase penelitian sempat ditemukan mereka yang divaksin AstraZeneca dan Pfizer memiliki risiko blood clot (pembekuan darah) dan peradangan jantung.
Namun isu ini juga telah dijelaskan secara detail. Dikutip dari Reuters, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mendiskusikan banyaknya laporan peradangan otot jantung usai vaksinasi menggunakan Pfizer.
CDC mengungkapkan ada kemungkinan kondisi itu memiliki keterkaitan dengan kedua vaksin.
Akan tetapi, tetap ditegaskan bahwa manfaat dari vaksin lebih besar ketimbang risiko, dan risiko peradangan jantung ini sangatlah langka.
Selain itu, secara umum, mereka yang mengalami peradangan jantung usai vaksinasi akan sembuh dari gejala yang dialami dan kondisi setelahnya baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan blood clot AstraZeneca juga telah dijabarkan penelitiannya. WHO menyebut kasus efek pembekuan darah dinilai sebagai kejadian yang sangat jarang.
Dikutip dari AFP, pernyataan itu muncul setelah regulator obat EMA UE mengatakan pembekuan darah masuk dalam daftar efek samping yang sangat langka dari AstraZeneca. Sementara manfaat vaksin dinilai lebih besar daripada risikonya.
The Covid-19 sub-committee of the WHO Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) terus meninjau informasi terbaru dari EMA, Inggris, dan regulator obat-obatan lainnya.
"Berdasarkan informasi saat ini, hubungan kausal antara vaksin dan terjadinya pembekuan darah dengan trombosit rendah dianggap masuk akal tetapi belum dikonfirmasi," kata GACVS, Kamis (8/4).
"Studi khusus diperlukan untuk memahami sepenuhnya hubungan potensial antara vaksinasi dan kemungkinan faktor risiko," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dia juga menyebut efek pembekuan darah terjadi sangat sedikit pada mereka yang menerima vaksin AstraZeneca.
Jadi, jangan takut divaksin AstraZeneca dan Pfizer.