Untitled Image

JIS Terapkan Hybrid Learning, Ini Cara Guru Pastikan Murid Tetap Aman dan Nyaman

9 Desember 2021 16:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi siswa sekolah melakukan hybrid learning di rumah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siswa sekolah melakukan hybrid learning di rumah. Foto: Shutterstock
Setelah lebih dari satu tahun harus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ), Kemendikbud kembali mengizinkan sekolah untuk mengadakan pembelajaran tatap muka (PTM) sejak akhir Agustus lalu. Tentunya dengan beberapa kebijakan ketat, seperti pembatasan jumlah murid yang masuk dalam satu sesi belajar hingga pembatasan waktu sekolah. Kesehatan seluruh elemen yang berada di sekolah pun harus dipantau secara berkala.
Di sisi lain, pandemi COVID-19 yang masih mengancam membuat tidak sedikit orang tua merasa cemas saat anaknya harus kembali ke sekolah. Karenanya, hybrid learning pun jadi salah satu solusi terbaik.
Hybrid learning dilakukan dengan menggabungkan sistem daring dan luring dalam proses pembelajaran. Secara bergantian, akan ada siswa yang belajar secara tatap muka di sekolah, dan sebagian lagi belajar dari rumah. Tujuannya demi memaksimalkan proses belajar mengajar.
JIS Elementary School menjadi salah satu sekolah yang telah menerapkan hybrid learning. Dalam penerapannya, 75 persen siswa diperbolehkan untuk mengikuti PTM di kelas, dan sisanya melakukan PJJ dari rumah masing-masing. Sistemnya akan dirotasi sehingga semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti PTM maupun PJJ.
Guru kelas 5 di JIS Elementary School, Janice VanHaltren, mengatakan, siswa sangat antusias saat akhirnya bisa kembali belajar di kelas. Menurutnya, hybrid learning tak sekadar berfungsi mengoptimalkan proses pembelajaran, tapi juga membantu perkembangan sosialnya. Apalagi menurut Janice, siswa sekolah dasar masih sangat membutuhkan waktu untuk bersosialisasi, bermain, dan belajar bersama teman maupun guru.
“Ini adalah pertama kalinya mereka (siswa) kembali ke kelas dan mereka sangat senang bisa kembali dan dapat bermain, bertemu, berbicara, dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka,” ungkapnya.
Di sisi lain, Janice tak menampik bahwa setelah sekian lama melakukan sistem pembelajaran secara online, penyesuaian diri harus kembali dilakukan, bahkan bagi para guru seperti dirinya. Bukan hanya itu, ia pun harus memastikan muridnya—baik yang ada di kelas maupun di rumah— bisa menerima pelajaran dengan baik.
Untuk mengatasinya, Janice pun selalu berusaha agar seluruh muridnya tetap bisa berinteraksi dengan leluasa saat proses pembelajaran berlangsung. “Kami ingin memastikan anak-anak yang masih belajar online untuk bisa tetap terhubung dengan anak-anak yang berada di sekolah, tidak hanya saat mengobrol, tapi dalam kelompok belajar. Jadi kami harus mempersiapkan semuanya untuk menggabungkan mereka saat belajar,”
Ilustrasi orang tua menemani siswa sekolah melakukan hybrid learning di rumah. Foto: Shutterstock
Tantangan yang sama juga dihadapi oleh guru kelas 1 JIS Elementary School, Jen Profrock. Menurutnya, inilah pentingnya community building yang kuat demi memaksimalkan proses hybrid learning sekaligus memastikan kesehatan anak di masa pandemi. Ia pun mengajak orang tua untuk aktif berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran anak
“Cara kita untuk mengetahui apa yang mereka lakukan dan menunjukkan apa yang mereka pelajari kini sedikit berbeda. Kami biasanya mengajak orang tua untuk bergabung bersama kami, di pagi hari kami memberi tahu apa yang harus mereka lakukan untuk permainan Matematika atau menjadi partner membaca. Jadi memang kami mengajak orang tua untuk mendukung kita di kelas 1 dan orang tua sangat peduli,” jelasnya.
Selain itu, Jen selalu mengajak murid-muridnya bisa tetap saling bersosialisasi di sela-sela waktu belajarnya. Salah satunya dengan mengadakan sesi ‘Community Time’ selama 40 menit sehari.
“Untuk membangun Community Time, setiap 40 menit setiap hari kami gunakan hanya untuk bersosialisasi dan menghabiskan waktu bersama-sama. Caranya termasuk dengan menggambar, bermain berbagai permainan, berbagi perasaan, dan lain sebagainya. Kami berusaha untuk saling terhubung, jadi mereka yang berada di rumah tidak hanya melihat kami saja selama 40 menit ke depan,” kata Jen.

Keamanan jadi prioritas utama JIS Elementary School

Ilustrasi siswa sekolah melakukan cek suhu tubuh sebelum masuk ke kelas. Foto: Shutterstock
Selain kenyamanan, JIS Elementary School juga memastikan kesehatan seluruh siswa terjamin. Di setiap kelas terdapat hand sanitizer station yang bisa digunakan oleh para siswa saat masuk ke kelas atau setelah beraktivitas. Guru juga selalu memastikan hanya siswa dan orang yang berkepentingan saja yang diizinkan untuk masuk ke dalam kelas.
Sosial distancing diterapkan tidak hanya di kelas, tapi juga di lingkungan play ground dengan memisahkan anak-anak yang bermain sesuai dengan kelasnya. Begitu juga saat masuk ke dalam kelas hingga waktu pulang sekolah tiba.
“Secara mengejutkan, ternyata anak-anak terlihat sangat aware terhadap protokol kesehatan, mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer, melakukan social distancing. Anak-anak sangat fleksibel dan tahu kondisi saat ini,” jelas Janice.
Jen mengungkapkan bahwa untuk membangun lingkungan yang sehat baru murid, lagi-lagi peran orang tua sangat dibutuhkan demi memberi pengertian akan kondisi yang tengah terjadi saat ini kepada anak-anaknya. Orang tua bisa memastikan anak-anak tetap terlindungi, sekaligus bisa menikmati waktu-waktunya saat di sekolah.
“Kita tidak dapat meremehkan hubungan anak dan orang tua yang dekat saat pandemi. Ayah dan ibu yang work from home, anak-anak belajar di rumah, menjadi waktu yang spesial bagi semua anggota keluarga,” pungkasnya
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten