JK dan Paus Fransiskus Bertemu di Vatikan, Bahas Perdamaian Dunia

23 Oktober 2020 20:17 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jusuf Kalla saat bertemu Paus Fransiskus di Private Library Paus di Vatikan, Jumat (23/10). Foto: Instagram/@jusufkalla
zoom-in-whitePerbesar
Jusuf Kalla saat bertemu Paus Fransiskus di Private Library Paus di Vatikan, Jumat (23/10). Foto: Instagram/@jusufkalla
ADVERTISEMENT
Jusuf Kalla bertemu Paus Fransiskus di Vatikan Jumat (23/10). Mereka membahas kemanusiaan dan perdamaian di dunia. JK bertemu Paus itu sebagai anggota Dewan Juri untuk penghargaan Zayed Award for Human Fraternity.
ADVERTISEMENT
Paus itu memberikan filosofi arti daripada human fraternity, kebersamaan manusia dan persaudaraan; karena ini sangat penting pada dewasa ini di mana dunia mengalami banyak krisis,” kata JK seperti dikutip dari Antara.
"Paus Fransiskus juga berpesan mengenai pentingnya menjaga kerukunan antarumat manusia di dunia, karena tidak ada perdamaian tanpa hubungan antarmanusia yang baik," kata Kalla, usai pertemuan.
Jusuf Kalla saat bertemu Paus Fransiskus di Private Library Paus di Vatikan, Jumat (23/10). Foto: Instagram/@jusufkalla
Kepada seluruh anggota Dewan Juri, Paus Fransiskus berpesan untuk bersikap objektif dalam memberikan penilaian terhadap nominasi peraih penghargaan.
“Dewan Juri tentu juga mendapatkan masukan dari Paus dan Paus memberikan langkah-langkah apa yang menjadi bagian untuk ini, karena ini untuk kemanusiaan,” kata JK.
Sementara itu, saat pertemuan internal Dewan Juri JK mengusulkan penghargaan kemanusiaan tersebut diberikan pada penemu vaksin dan obat COVID-19.
ADVERTISEMENT
Zayed Award for Human Fraternity merupakan penghargaan yang dibentuk pada 2019 untuk memberikan pengakuan atas karya luar biasa dari individu dan entitas dalam membuat terobosan dan mendorong kemajuan manusia.
Penghargaan itu diselenggarakan untuk mengenang presiden pertama Uni Emirat Arab Sheikh Zayed bin Sultan al Nahyan.
Selain JK, anggota Dewan Juri penghargaan tersebut ialah mantan presiden Republik Afrika Tengah, Catherine Samba-Panza, Gubernur Jenderal ke-27 Kanada, Michaelle Jean, Kardinal Dominique Mamberti dan mantan penasihat khusus PBB untuk Pencegahan Genosida, Adama Dieng.