JK: Masalah Azan Lagi Ramai di Indonesia, Banyak Orang Salah Paham

27 Februari 2022 22:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla dalam acara Pelantikan dan Rakernas DMI Provinsi Nusa Tenggara Barat. Foto: Humas Jusuf Kalla
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla dalam acara Pelantikan dan Rakernas DMI Provinsi Nusa Tenggara Barat. Foto: Humas Jusuf Kalla
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla menanggapi polemik azan yang sedang ramai dibahas oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Masalah suara azan menjadi polemik akibat pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas yang memuat analoginya dengan gonggongan anjing. Pemilihan perumpamaan ini dinilai tak tepat.
JK mengatakan, sebenarnya wajar masalah ini ramai dibahas karena di Indonesia ada banyak masjid dan musala.
"Begitu banyak (masjid dan musala) sehingga pengajian kemudian azan jadi topik yang banyak tinggi dibicarakan," kata JK saat menjadi pembicara dalam acara Tabligh Akbar dan Launching Lelang Brompton Limited Edition yang diselenggarakan KBRI London, Minggu (27/2).
JK menuturkan, banyak orang salah paham dalam masalah ini. Menurutnya, suara azan tidak perlu dipermasalahkan oleh masyarakat.
"Karena banyak salah paham, bukan azannya tapi tarhimnya atau pengajiannya kadang-kadang panjang. Bukan azannya dipermasalahkan," tutur JK.
Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas mengeluarkan SE Nomor 5 Tahun 2022. SE itu mengatur bahwa volume pengeras suara masjid/musala diatur sesuai dengan kebutuhan, dan paling besar 100 desibel.
ADVERTISEMENT
Dalam SE itu turut diatur durasi takbiran menjelang Idul Fitri 1 Syawal dan Idul Adha 10 Zulhijah. Maksimal penggunaan speaker luar hanya sampai pukul 22.00 waktu setempat.
Begitu pula dengan upacara Peringatan Hari Besar Islam atau pengajian dapat menggunakan pengeras suara bagian dalam. Pengecualian berlaku jika jemaah membeludak hingga luar lokasi acara.
Namun, SE itu memicu polemik di tengah masyarakat hingga politikus. Puncak dari polemik ini setelah Menag membandingkan volume masjid dengan gonggongan anjing.