JK Minta Diplomatis Tangani KKB Papua: Tapi Kalau Keras, Pakai Senjata

29 Januari 2019 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. (Foto: REUTERS/Piroschka van de Wouw)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. (Foto: REUTERS/Piroschka van de Wouw)
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua dengan segala aksinya masuk dalam kategori separatis. Untuk menangani hal itu, JK meminta agar penanganan KKB Papua mengedepankan sisi diplomatis.
ADVERTISEMENT
"Kalau bisa dicegah dengan cara-cara diplomatis ya diplomatis. Tapi kalau berkeras memakai senjata, ya memakai senjata. Tidak ada cara lain, dan negara apapun pasti seperti itu, yang mau merdeka selalu melalui hal-hal dialog, kalau tidak bisa dicapai baru dengan senjata," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (29/1).
Dia menerangkan untuk gerakan separatis penangan dilakukan gabungan dari Polri dan TNI. "Ini bukan, kriminal biasa, (tapi) separatis. Jadi kalau separatis itu tentara boleh masuk, kalau kriminal, ya polisi memang. Tapi kalau separatis, ya harus polisi dan tentara bersama-sama," ucapnya.
Pembebasan KKB di Papua (Foto: Dok. Multimedia Polri)
zoom-in-whitePerbesar
Pembebasan KKB di Papua (Foto: Dok. Multimedia Polri)
JK kemudian berkomentar soal petisi tuntutan referendum kemerdekaan Papua yang dibuat kelompok pro kemerdekaan Papua, The Unites Liberation Movement for West Papua (ULMWP). JK mengaskan Papua tetap akan menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kelompok ULMWP sebelumnya menyerahkan petisi referendum kemerdekaan kepada Dewan HAM PBB Michelle Bachelet. Kelompok tersebut mengklaim petisi sudah ditandatangani jutaan orang.
"Pemerintah, kita kan sudah sepakat, semua NKRI termasuk Papua, Aceh, Sumatera, Sulawesi, itu kita merdeka bersama sama, bergabung dalam NKRI. Jadi siapa yang mau mengambil langkah-langkah seperti separatis itu ya, dicegah," kata JK.
KKB Papua pada Senin (28/1) menyerang pesawat rombongan Bupati Nduga Yarius Gwijangge. Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, mengungkapkan penyerangan terjadi saat pesawat yang membawa bantuan logistik akan mendarat di Distrik Mapenduma.
Akibat serangan tersebut, Aidi menyebut, seorang prajurit bernama Praka Nasrudin yang ikut mengamankan pesawat meninggal dunia terkena tembakan.