news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

JK Minta Kasus Kekerasan Kepada Wartawan di Munajat 212 Diproses Hukum

23 Februari 2019 15:46 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf kalla angkat bicara terkait dugaan tindakan intimidasi dan kekerasan terhadap wartawan saat acara Munajat 212, Monas Jakarta, Kamis (21/2) lalu. JK menyatakan segala tindakan intimidasi kepada masyarakat, termasuk kepada jurnalis adalah perbuatan salah.
ADVERTISEMENT
"Mengintimidasi kepada siapa saja, (kepada) wartawan, kepada yang lain-lain, kepada masyarakat tentu salah," kata JK usai menghadiri acara Forum Silaturahim Bawagis Nusantara di Hotel Wyndham, Surabaya, Sabtu (23/2).
JK meminta pihak berwajib untuk mengusut kasus dugaan intimidasi itu sesuai dengan undang-undang yang berlaku. "Jadi tentu ada hukumnya. Ya jalankan sajalah," terangnya.
Pihak kepolisian telah menerima laporan yang dibuat oleh wartawan detikcom, Satria Kusuma, yang diduga menjadi korban kekerasan di acara Munajat 212. Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Purwadi, mengatakan saat ini polisi masih mengejar pelaku dan mencari bukti-bukti terkait peristiwa tersebut.
“Ya masih (dikejar). Kan itu orang banyak indikasinya kan yang itu yang sesuai dengan yang diberitakan oleh itu (media),” kata Purwadi saat dikonfirmasi, Jumat (22/2).
ADVERTISEMENT
Berikut insiden dugaan kekerasan pada Jurnalis yang terjadi saat Munajat 212, berdasarkan keterangan dari AJI Jakarta:
Koordinator Liputan CNN Indonesia TV, Joni Aswira, yang berada di lokasi menjelaskan kejadian tersebut. Malam itu, belasan jurnalis dari berbagai media berkumpul di sekitar pintu masuk VIP, dekat panggung acara. Mereka menanti sejumlah narasumber yang datang untuk diwawancarai.
Tiba-tiba di tengah selawatan sekitar pukul 21.00 WIB, terjadi keributan. Massa terlihat mengamankan orang. Saat itu, beredar kabar ada copet tertangkap. Para jurnalis yang berkumpul langsung mendekati lokasi kejadian. Beberapa di antaranya merekam, termasuk jurnalis foto (kamerawan) CNN Indonesia TV.
Kamera jurnalis CNN Indonesia TV cukup mencolok sehingga menjadi bahan buruan sejumlah orang. Massa yang mengerubungi bertambah banyak dan tak terkendali. Beberapa orang membentak dan memaksa jurnalis menghapus gambar kericuhan yang sempat terekam beberapa detik.
ADVERTISEMENT
Saat sedang menghapus gambar, Joni mendengar ucapan bernada intimidasi dari arah massa. “Kalian dari media mana? Dibayar berapa?”, “Kalau rekam yang bagus-bagus aja, yang jelek enggak usah!”
Nasib serupa juga dialami wartawan detikcom. Saat sedang merekam, dia dipiting oleh seseorang yang ingin menghapus gambar. Namun, dia tak mau menyerahkan ponselnya.
Massa kemudian menggiring wartawan detikcom ke dalam tenda VIP sendirian. Meski telah mengaku sebagai wartawan, mereka tetap tak peduli. Di sana, dia juga dipukul dan dicakar, selain dipaksa jongkok di tengah kepungan belasan orang.
Namun akhirnya ponsel wartawan tersebut diambil paksa. Semua foto dan video di ponsel tersebut dihapus. Bahkan aplikasi WhatsApp pun dihapus, diduga agar pemilik tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Usai kejadian itu, korban langsung melapor ke Polres Jakarta Pusat dan melakukan visum.
ADVERTISEMENT
Jurnalis CNNIndonesia.com yang meliput di lokasi kejadian ikut menjadi saksi kekerasan tersebut.
Sementara jurnalis Suara.com yang berusaha melerai kekerasan dan intimidasi itu terpaksa kehilangan ponselnya.
Sebelumnya, diberitakan oleh beberapa media, beberapa jurnalis sempat merekam seorang copet yang tertangkap dan kemudian diamankan oleh peserta Munajat 212 dan Laskar Pembela Islam (LPI) selaku pihak keamanan. Saat diamankan, sempat terjadi kericuhan yang menarik perhatian massa beberapa jurnalis.
"Di tengah keramaian massa inilah sebagian jurnalis mungkin saja bersinggungan dengan keributan massa yang hadir di titik terjadinya peristiwa. Di tengah emosi massa terhadap si pencopet maka tentu saja suasana massa dalam keadaan emosional yang sangat mungkin siapa pun akan secara tidak sengaja mengalami benturan dan bentakan dari sebagian massa yang emosi," ucap ketua panitia Munajat 212 Habib Idrus alHabsyi, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (22/2).
ADVERTISEMENT