Joe Biden Akan Temui Pemimpin Jepang dan Korea Selatan di Sela KTT NATO

Presiden Joe Biden berbicara selama konferensi pers di NATO setelah bertemu dengan sekutu tentang invasi Rusia ke Ukraina, di Brussels, Kamis, 24 Maret 2022. Foto: Evan Vucci/AP Photo

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan menggelar pertemuan tiga arah dengan pemimpin Jepang dan Korea Selatan pada Rabu (29/6/2022).

Pertemuan tersebut melibatkan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol.

"Presiden besok akan memiliki kesempatan untuk menjadi tuan rumah pertemuan trilateral dengan Presiden Korea dan Perdana Menteri Jepang. Ini akan menjadi pertemuan tingkat pemimpin trilateral pertama yang kami lakukan dalam beberapa waktu," kata Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan pada Selasa (28/6/2022).

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengambil sumpah saat pelantikannya di depan Majelis Nasional di Seoul, Korea Selatan, Selasa (10/5/2022). Foto: Jeon Heon-Kyun/Pool via REUTERS

Pertemuan itu akan berlangsung di sela-sela agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Madrid. Biden akan memusatkan diskusi pada ancaman program nuklir Korea Utara dan ketegangan dengan China.

"Pertemuan tiga arah terutama akan difokuskan pada ancaman berkelanjutan dari Korea Utara, terutama setelah serangkaian uji coba rudal dan langkah-langkah provokatif lainnya," kata Sullivan, dikutip dari The Straits Times, Rabu (29/6/2022).

"Lebih luas lagi, dia [Biden] akan memiliki kesempatan untuk berbicara dengan mitra Indo-Pasifik kami dan aliansi NATO tentang tantangan China," tambah dia.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Foto: Philip Fong/Pool via REUTERS

Bagi Kishida dan Yoon, ini adalah pertama kalinya negara mereka berpartisipasi dalam KTT NATO.

Sullivan mengatakan, kehadiran para pemimpin dari Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru dalam pertemuan puncak itu menggarisbawahi pandangan yang sangat kuat dari Biden.

Biden melihat aliansi tersebut semakin berkaitan dengan keamanan di kawasan Asia-Pasifik.

"Hubungan antara sekutu di kedua wilayah juga harus diperdalam, bukan karena NATO akan berperang di Pasifik tetapi karena ada keterkaitan antara kekuatan dan vitalitas aliansi Asia-Pasifik kami dan aliansi Euro-Atlantik kami," tutup Sullivan.

Penulis: Sekar Ayu.