Joe Biden Temui Raja Salman dan Pangeran MBS Pekan Depan, Bahas Apa?

8 Juli 2022 4:04 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Joe Biden memberikan pidato peringatan kerusuhan pendukung Trump di US Capitol, Washington, DC. Foto: Greg Nash/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Joe Biden memberikan pidato peringatan kerusuhan pendukung Trump di US Capitol, Washington, DC. Foto: Greg Nash/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, akan menemui Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz atau Raja Salam termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman atau Pangeran MBS.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan, pertemuan itu akan dilakukan pekan depan di Arab Saudi.
"Presiden akan mengunjungi Timur Tengah minggu depan," kata Kirby dikutip dari Reuters.
"Presiden akan duduk dalam pertemuan bilateral dengan raja Saudi dan tim kepemimpinannya," tambah Kirby.
Khusus pertemuan dengan Pangeran MBS, Kirby belum bisa berbicara lebih jauh. Mengingat hubungan Biden dan MBS sempat memanas karena MBS diduga merupakan otak di balik pembunuhan jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, pada 2018.
"Seperti yang Anda tahu, putra mahkota ada di tim kepemimpinan itu. Jadi dia akan menjadi bagian dari pertemuan itu," ucap Kirby.
"Jadi tentu saja, presiden akan melihat putra mahkota dalam konteks diskusi bilateral yang lebih besar," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan itu, Kirby menuturkan ada beberapa permasalahan akan dibahas oleh Biden bersama Raja Salman dan Pangeran MBS. Mulai dari gencatan senjata di Yaman dan isu HAM dan keamanan energi.
"Pejabat AS juga membahas kemampuan pertahanan udara dengan para pemimpin regional dalam menghadapi ancaman dari Iran,"
Pangeran MBSduduk di bawah di sebelah Raja Salman yang duduk di kursi dalam rangkaian salat Id di Masjidil Haram, Senin (1/5/2022). Foto: Makkah Region
Lebih lanjut, Kirby menambahkan, masalah pertahanan udara di Arab Saudi juga akan dibahas oleh Biden dan Raja Salman. Sebab, Iran terus mengembangkan persenjataan rudal balistik.
"Kemudian mengeksplorasi gagasan untuk dapat mengintegrasikan semua pertahanan udara itu bersama-sama sehingga benar-benar ada cakupan yang lebih efektif untuk menghadapi ancaman Iran yang berkembang," tutup Kirby.