Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sinyal merapatnya Partai Demokrat dan PAN ke koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin makin terbuka. Pertemuan antara Jokowi dengan Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, menjadi salah satu indikasi sinyal masuknya anggota baru di koalisi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Zulkifli Hasan sudah memberikan ucapan selamat kepada Jokowi sebagai pemenang pilpres meski Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sedang mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Sinyal merapatnya Demokrat dan PAN pun diakui Jokowi. Dalam wawancara khusus dengan kumparan di Istana Merdeka, Jokowi membuka pintu masuknya partai baru di koalisinya.
“Awal-awal saya sampaikan, saya selalu terbuka untuk siapa pun. Bekerja sama atau bersama-sama membangun negara ini, memajukan negara ini, siapapun. Tidak ada kecuali,” ujar Jokowi, Rabu (29/5).
Namun, Jokowi mematok syarat jika ada partai yang mau merapat. Yaitu, memiliki visi yang sama. Dengan PAN dan Demokrat, penyamaan visi, kata Jokowi, hampir bertemu. “Hampir, menyamakan visi saja,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Tak hanya PAN dan Demokrat, Jokowi juga membuka pintu jika Gerindra ingin bergabung di koalisinya. “Saya kan sudah bilang, siapa pun,” ujarnya sambil tertawa.
Bergabung di koalisi, sudah tentu ada konsekuensi politik, baik berupa koalisi di kabinet atau di parlemen. Belakangan beredar informasi, PAN ingin berkoalisi di parlemen berupa jabatan pimpinan MPR. Sementara Demokrat, dikabarkan akan mendapat kursi menteri di kabinet.
Meski tidak secara eksplisit mengakui PAN akan mendapat kursi pimpinan MPR sementara Demokrat mendapat kursi menteri, Jokowi mengatakan, dua partai tersebut bisa saja mendapat kursi di kabinet atau pimpinan DPR atau MPR sebagai konsekuensi dari koalisi.
“Ya, dua-duanya bisa. Ya, dua-duanya kan bisa. Di DPR bisa, di MPR bisa, di kabinet bisa. Kan bisa semuanya, ruangnya ada semuanya,” jelas Jokowi.
ADVERTISEMENT
Jokowi boleh saja membuka ruang koalisi. Tapi, ia tak menampik harus ada pembicaraan dengan partai koalisi yang mendukungnya sejak awal. Di Pilpres 2019, Jokowi didukung PDIP, Golkar, NasDem, PKB, PPP, Hanura, Perindo, PSI, PKPI, dan PBB.
Jokowi menjelaskan respons parpol pendukungnya beragam dengan masuknya PAN dan Demokrat.
“Saya masih mengajak, masih akan tetap mengajak berbicara pada ketua-ketua partai koalisi. Sinyalnya ada yang kuning, ada yang ijo, ada yang merah juga,” katanya sambil tertawa.
Namun, Jokowi tak merinci partai mana saja yang memberi lampu hijau, kuning, atau merah terhadap PAN dan Demokrat. Ia mengatakan, akan meyakinkan partai-partai pendukungnya agar menerima jika ada partai lain yang ingin bergabung.
“Itu tugas saya meyakinkan bahwa ini baik untuk negara, baik untuk rakyat, tugas saya kan itu,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Jokowi menyadari, koalisi yang gemuk bisa saja berdampak tidak adanya fungsi oposisi yang mengkritisi di parlemen. Namun, kata dia, koalisi solid dan gemuk di parlemen memiliki dampak positif bagi program-program pemerintah.
“Kita mau bikin undang-undang, mau revisi undang-undang, bisa cepat, kerjanya bisa lebih cepat. Kita membangun kerjanya bisa lebih cepat. Tapi dalam rangka demokrasi pasti ada check and balance,” tutur dia.
Tapi, tentunya ia tak bisa menolak jika ada partai yang ingin merapat. “Tapi masa kita menutup, kan enggak ya,” tutup Jokowi.