news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jokowi dan 100 Pemimpin Dunia Komitmen Akhiri Deforestasi pada 2030

2 November 2021 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Indonesia Joko Widodo berbincang pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris. Foto: Andy Buchanan/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Indonesia Joko Widodo berbincang pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris. Foto: Andy Buchanan/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Lebih dari 100 negara di dunia berjanji untuk mengakhiri deforestasi (penebangan hutan) dan degradasi lahan pada 2030 mendatang. Komitmen itu dibentuk pada KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, pada Senin (1/11).
ADVERTISEMENT
Di bawah The Glasgow Leaders’ Declaration on Forest and Land Use (Deklarasi Pemimpin Glasgow atas Hutan dan Pemanfaatan Lahan), negara-negara pemilik hutan terbesar dunia juga sepakat untuk melestarikan hutan dan lahan mereka.
Dikutip dari keterangan resmi Kantor Perdana Menteri Inggris, negara-negara ini mencakup hingga 85% dari total hutan di muka bumi, dengan luas total hingga 13 juta mil persegi.
Pemilik hutan tropis terbesar di dunia, seperti Indonesia, Kolombia, Brasil, dan Kongo menyuarakan dukungannya atas deklarasi ini.
Presiden Joko Widodo berkesempatan untuk menyampaikan pidatonya di hadapan ratusan pemimpin negara. Dikutip dari keterangan resmi Sekretariat Presiden, Jokowi memaparkan kontribusi Indonesia dalam penanganan perubahan iklim.
“Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020,” ujar Jokowi.
ADVERTISEMENT
RI juga sudah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare hingga tiga tahun ke depan. Ini merupakan konservasi hutan mangrove terluas di dunia.
Selain itu, Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara 2010-2019.
“Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia, akan mencapai carbon net sink (penyerapan bersih karbon) selambatnya tahun 2030,” imbuhnya.
Presiden Joko Widodo berpidato pada KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11). Foto: ANDY BUCHANAN/POOL/AFP
Inggris berkomitmen sebesar 350 juta Poundsterling (Rp 6,8 triliun) untuk mendukung janji pelestarian hutan tropis Indonesia.
Di bawah Deklarasi ini, janji penghentian deforestasi dunia akan didukung oleh komitmen pendanaan dari sektor publik sebesar USD 12 miliar (Rp 171 triliun) dari 12 negara, termasuk Inggris, mulai 2021-2025.
Dana ini akan mendukung aktivitas di negara-negara berkembang, meliputi pemulihan lahan terdegradasi, memberantas kebakaran hutan, dan mendukung hak-hak komunitas lokal.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari sektor swasta, komitmen pendanaan mencapai setidaknya USD 7,2 miliar (Rp 102 triliun).
CEO dari 30 lebih lembaga keuangan di dunia, seperti Aviva, Schroders, dan Axa, juga akan berkomitmen untuk menghentikan investasi mereka dalam aktivitas yang berkaitan dengan deforestasi.
Kondisi salah satu sisi hutan yang mengalami penebangan di kawasan Gunung Sala, Aceh. Foto: ANTARA FOTO/Rahmad

Mengapa Penghentian Deforestasi dan Pemulihan Lahan Penting?

Menurut World Resources Institute, dikutip dari Reuters, bumi kehilangan hutan seluas 258 ribu km persegi pada 2020 saja. Area hutan tersebut bahkan lebih luas dibandingkan wilayah Inggris Raya.
Padahal, hutan bisa menyerap setidaknya 30% dari emisi karbon dioksida di bumi. Hutan-hutan mampu “membuang” emisi dari atmosfer dan mencegah kenaikan suhu global.
Sedangkan menurut Biomass Carbon Monitor Project, hutan berhasil membuang 760 juta ton karbon tiap tahunnya sejak 2011. Ini mengimbangi emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil dan semen sebesar 8%.
ADVERTISEMENT
KTT COP26 ini berfokus pada melawan perubahan iklim dengan mendesak negara-negara dunia untuk mengurangi emisi karbon mereka. Tujuan utamanya adalah membatasi kenaikan rata-rata suhu global maksimal 1,5 hingga 2 derajat celsius.
Jika suhu global melampaui batas tersebut, kondisi bumi akan jauh lebih buruk dari sekarang. Kenaikan permukaan laut, cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu, kekeringan, gelombang panas, sampai kerusakan ekosistem laut mengancam.