Jokowi hingga Ma’ruf Amin Soroti Tantangan Beragama di Indonesia

4 November 2020 7:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (31/10). Foto: Biro Pers Setpres/handout ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (31/10). Foto: Biro Pers Setpres/handout ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) 2020 pada Selasa (3/10). Acara itu digelar oleh Kementerian Agama.
ADVERTISEMENT
Selain Jokowi, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Menteri Agama Fachrul Razi hingga Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian juga menjadi pembicara dalam rakornas FKUB 2020.
Dalam paparannya, Jokowi menyadari perkembangan teknologi bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat. Sebab dalam soal media sosial banyak ditemukan informasi hoaks.
"Tantangan kehidupan beragama kian hari kian berat. Kehadiran medsos tidak bisa diabaikan, tidak jarang medsos membawa toxic dan racun seperti hoaks dan ujaran kebencian yang justru menimbulkan perpecahan," kata Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi mengatakan sangat dibutuhkan tokoh agama yang mampu mencegah terjadinya perpecahan akibat hoaks. Tokoh agama itu juga diharapkan mengedepankan persatuan di tengah perbedaan latar belakang masyarakat Indonesia.
Mantan Wali Kota Solo itu juga bicara soal perbedaan dalam masyarakat Indonesia. Jokowi menekankan bahwa menerapkan moderasi beragama adalah pilihan tepat untuk semuanya.
Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Ma'ruf Amin menyampaikan pernyataan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (31/10). Foto: Biro Pers Setpres/handout ANTARA FOTO

Jokowi Nilai Moderasi Beragama Pilihan Tepat di Tengah Gelombang Ekstremisme

"Moderasi beragama adalah pilihan tepat dan selaras dengan jiwa Pancasila di tengah gelombang ekstremisme di berbagai belahan dunia," kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
Jokowi berpesan kepada FKUB agar menghadirkan program strategis untuk meneguhkan nilai-nilai moderasi dan toleransi beragama.
"Saya harap pertemuan penting ini akan hadirkan rumusan visioner dan rencana program strategis untuk meneguhkan nilai-nilai moderasi dan toleransi beragama. Saya juga berharap forum ini jadi ajang dialog atas berbagai masalah mengganjal dan menemukan jalan keluar yang konstruktif bagi kerukunan umat beragama di Indonesia," ucap Jokowi.
Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin saat menyampaikan keynote speech secara daring dalam Rakornas FKUB. Foto: KIP/Setwapres

Ma'ruf Amin: Ekspresi Keberagaman Kadang Picu Konflik Antarumat Beragama

Sementara Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, toleransi dalam menjaga keragaman antarumat beragama sering kali hilang. Sehingga memicu konflik.
"Dalam dinamika berbangsa dan bernegara, kadang-kadang ekspresi keberagaman itu di era demokrasi ini dapat memunculkan ketegangan atau konflik antarumat beragama atau bahkan internal umat beragama itu sendiri," kata Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
Ma'ruf memberikan contoh pendirian rumah ibadah, penyiaran agama, penodaan agama, perebutan aset ekonomi, hingga kontestasi politik menjadi hal yang kerap menimbulkan perpecahan antarumat beragama di Indonesia.
"Sedangkan ketegangan atau konflik internal umat beragama umumnya dipicu oleh pemahaman agama yang menyimpang, atau pemahaman agama yang puritan, yang dalam beberapa kasus telah melahirkan radikalisme atau ekstremisme keagamaan," ucap Ma'ruf.
Demi mencegah konflik berkepanjangan, di samping mendorong peran tokoh agama, Ma'ruf meminta penguatan peran FKUB. Pembentukan FKUB sendiri berdasarkan Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006.
Aturan itu mengatur tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan pendirian rumah ibadah.
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua Umum MUI itu juga meminta FKUB terus memelihara dan merawat kerukunan dan toleransi beragama baik di tingkat daerah maupun pusat. Demi tujuan Indonesia sebagai negara yang dapat hidup dalam keberagaman sebagai suatu bangsa tercapai.
Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian saat konpers penjelasan UU Cipta Kerja, Rabu (7/10). Foto: Kemenko perekonomian

Tito Karnavian Singgung Perlunya Aturan Bagi Organisasi Masyarakat

Mendagri Tito Karnavian dalam rakornas FKUB menyinggung soal kebebasan berserikat dan berkumpul yang diatur dalam UU Ormas.
Tito mengatakan, kebebasan pembentukan ormas yang diatur dalam UU Ormas membuat sejumlah ormas dapat mendaftarkan organisasinya tanpa mendapatkan izin.
Menurut Tito, hal ini kemudian menjadi masalah. Ia mencontohkan HTI sebagai ormas yang kemudian memicu masalah di tengah masyarakat.
"Keluar UU Ormas dan lain-lain yang membuat organisasi boleh tidak perlu mendapat izin, cukup daftarkan. Jadi boleh daftar boleh tidak. Contohnya HTI dan ini akibatkan di satu sisi membuat lebih terbuka, di sisi lain bisa jadi suatu problem," kata Tito.
ADVERTISEMENT
Menurut Tito, masalah itu dapat membuat organisasi dengan ideologi intoleran bisa berkembang. Sehingga kebebasan berkumpul dan berserikat di Indonesia menghadapi tantangan.
"Ideologi, intoleran bisa berkembang dalam artian tidak paralel dengan ideologi Pancasila yang menaungi pluralisme. Lalu organisasi yang intoleran bisa berkembang, cukup daftar saja, boleh daftar boleh tidak," ucap.
Mantan Kapolri itu menyebut, tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh Indonesia bukan lagi konflik ideologi, melainkan clash of civilization. Hal ini terlihat dari bagaimana demo bisa terjadi tanpa izin.
Menteri Agama Fachrul Razi memimpin upacara Peringatan Hari Santri di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (22/10). Foto: Kemenag RI

Menag: Masyarakat Harus Sadar, Tiap Orang Berpandangan Agamanya Paling Benar

ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya di FKUB 2020, Menag Fachrul Razi menyebut Indonesia tak hanya memiliki enam agama besar, tapi juga ratusan agama leluhur dan penghayat.
ADVERTISEMENT
"Semua pemeluk agama berhak dan harus berpandangan bahwa agama yang dianut adalah agama yang paling benar dan baik. Namun, sebaliknya, setiap pemeluk agama juga harus sadar hak pemeluk agama lain bahwa mereka pun berpandangan sama, agama yang mereka anut paling benar dan baik," kata Fachrul Razi.
Fachrul mengatakan seluruh agama, sebenarnya selalu lahir dari misi mulia, yaitu memperbaiki ketidak-adilan dan ketidak-seimbangan di dunia. Selama ribuan tahun, berbagai jenis agama menyebar dan berkembang ke berbagai negeri dan wilayah.
"Seiring dengan perkembangan dan persebaran umat manusia, agama juga turut berkembang. Teks-teks agama mengalami multi-tafsir, kebenaran menjadi beranak pinak," ucap dia.
Akibatnya, muncul sebagian umat agama yang tak lagi berpegang teguh pada esensi dan hikayat ajaran agamanya. Malah, menurut Fachrul Razi, mereka lebih memilih mengikuti tafsir versi yang mereka sukai dengan fanatik.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, mantan Wakil Panglima TNI itu mengajak seluruh umat agama untuk mewujudkan kerukunan, terutama dengan cara berpegang teguh pada esensi agama.
"Tidak dicapai dengan mudah. Indonesia bekerja keras mewujudkan kerukunan (beragama), terutama mengajak umat beragama untuk berpegang teguh pada esensi agama untuk mengajak hidup damai, toleran, adil, dan saling hormati keberagaman," tutur Fachrul.