Jokowi: Kebebasan Sering Dibajak untuk Klaim Paling Benar dan Salahkan Orang

18 September 2020 16:13 WIB
Presiden Jokowi anugerahkan tanda jasa dan kehormatan bagi 53 tokoh di Istana Negara, Jakarta. Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi anugerahkan tanda jasa dan kehormatan bagi 53 tokoh di Istana Negara, Jakarta. Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi sempat menyinggung soal implementasi demokrasi saat membuka Konferensi Besar GP Ansor secara virtual, Jumat (18/9). Jokowi menilai, perbedaan adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan demokrasi.
ADVERTISEMENT
"Dalam kehidupan demokrasi perbedaan dalam kemajemukan pasti sebuah keniscayaan. Sistem demokrasi di negara kita telah memberikan ruang kebebasan untuk menyatakan pendapat," kata Jokowi, Jumat (18/9).
Namun, Jokowi menyesalkan masih ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kebebasan yang diberikan dalam hidup berdemokrasi untuk kepentingan mereka.
"Namun ruang kebebasan itu justru sering dibajak untuk mengklaim dirinya paling benar dan yang lain dipersalahkan, lalu merasa berhak memaksakan kehendak karena merasa paling benar," lanjutnya.
Jokowi mengingatkan agar jangan sampai sikap ini dilakukan oleh para kader GP Ansor. Ia pun meminta para kader GP Ansor bisa mencontoh sikap mulia yang dicontohkan para ulama dalam kehidupan sehari-hari.
"Karena itu saya berharap seluruh kader GP Ansor meneladani sikap terpuji yang diambil para ulama untuk selalu tawassuth, tawazun, i'tidal tashamuth tanpa menghilangkan semangat amar ma'ruf nahi mungkar," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Jokowi dalam kesempatan itu juga memuji peran yang dilakoni GP Ansor dalam menjaga perdamaian dalam kemajemukan yang terjadi di Indonesia. Menurut Jokowi, GP Ansor turut memberikan rasa aman di tengah banyaknya perbedaan yang terjadi di Indonesia.
"GP Ansor telah teruji mampu menjadi perekat di tengah keragaman dan perbedaan bahkan kehadiran Banser GP Ansor telah ikut memberikan rasa aman bagi semua anak bangsa dalam menjalin tali persaudaraan," jelasnya.
"Peran sejarah GP Ansor ini sangat relevan dengan kondisi negara yang majemuk, yang beragam dalam suku agama dan juga budaya," pungkasnya.