Jokowi: Posisi Indonesia sebagai Pemegang Presidensi G20 adalah Kehormatan

6 Agustus 2022 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi di Pulau Rinca, Labuan Bajo NTT, Kamis (21/7/2022). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi di Pulau Rinca, Labuan Bajo NTT, Kamis (21/7/2022). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden RI, Joko Widodo, menyambut keketuaan Group of 20 (G20) yang tahun ini dipegang oleh Indonesia.
ADVERTISEMENT
G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah Presidensi ke-17.
G20 tengah mengusung tiga isu prioritas, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan.
Gelaran tersebut mengantarkan berbagai manfaat bagi Indonesia. Secara substantif, Indonesia akan berperan menciptakan kebijakan dalam merespons krisis baik bagi negara sendiri maupun dunia.
Kontribusi forum tersebut kemudian akan termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti pengurangan bea untuk alat dan obat medis dalam menangani pandemi COVID-19.
Untuk dalam negeri, G20 membantu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, terutama untuk UKM di Indonesia.
"Posisi sebagai pemegang Presidensi G20 adalah sebuah kepercayaan dan kehormatan bagi Indonesia," tulis Jokowi dalam unggahan di akun Instagram resminya pada Sabtu (6/8).
ADVERTISEMENT
"Ini juga kesempatan untuk berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi dunia, untuk membangun taat kelola dunia yang lebih sehat, lebih adil dan berkelanjutan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," imbuhnya.
Suasana pertemuan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (15/7/2022). Foto: ANTARA FOTO/POOL/Fikri Yusuf
Secara keseluruhan, G20 akan menggelar hingga 438 pertemuan. Acara itu akan berlangsung di 24 kota di seluruh Indonesia.
Rangkaian agenda itu tidak hanya diselenggarakan di kota-kota besar, tetapi juga daerah-daerah lainnya. Pemerintah memilih Kupang, Manokwari, Danau Toba, Kawasan Borobudur Mandalika, Likupang, Bintan, Batu, hingga Sorong.
Perhelatan tersebut meliputi pertemuan tingkat menteri, pimpinan, deputi, working groups, dan engagement groups yang telah dimulai sejak Desember 2021.
G20 kemudian akan menemui puncaknya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November. Para kepala negara atau pemerintahan akan menghadiri pertemuan itu.
ADVERTISEMENT
Pertemuan G20 berlangsung dengan latar belakang pertempuran yang berkecamuk di Ukraina. Seiring Rusia memperkuat cengkeramannya di wilayah timur, ketegangan dengan Barat turut memuncak.
Menjelang KTT, sejumlah negara telah lantang mengecam keterlibatan Rusia. Moskow merupakan anggota G20.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 8 Juli 2022. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Sepanjang perhelatan, mereka saling menyerukan boikot dan kerap melakukan aksi walk out. Barat menuduh, Rusia adalah dalang dari seluruh krisis yang menggerogoti dunia saat ini.
Pasalnya, invasi tersebut memicu krisis pangan dan ekonomi. Menepis kritik itu, Rusia meminta para anggota untuk tetap berfokus pada tujuan utama pertemuan mereka.
Seluruh negara anggota telah menyampaikan dukungannya terhadap presidensi Indonesia. Para pemimpin itu telah mengkonfirmasi kehadiran mereka pula dalam KTT G20.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, akan menghadiri pertemuan puncak tersebut. Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga mengungkap niatan serupa.
ADVERTISEMENT
Menyaksikan ketegangan, Indonesia berjuang menjaga forum internasional itu tetap bersatu. Pemerintah menolak tekanan dari anggota negara-negara Barat untuk mengecualikan Rusia.
Jokowi justru mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Dia menyampaikan sanjungan atas undangan tersebut. Tetapi, Zelensky belum memastikan kehadirannya.
"Di tengah situasi dunia yang dipenuhi rivalitas yang tidak sehat dan semakin lunturnya nilai multilateralisme, Indonesia justru akan lebih giat menjalin kerja sama dan menebarkan spirit solidaritas dan perdamaian," terang Menlu Retno pada Juli silam.