Jokowi soal Krisis Akibat Rusia-Ukraina: 270 Juta Ton Gandum Tak Bisa Diekspor
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
"Enggak, enggak seperti itu. Saya tidak pernah takut dan tidak pernah khawatir terkait yang saya sampaikan, ndak. Karena kalau saya khawatir, kita khawatir disrupsi teknologi akan datang dan sudah datang. Kenapa kita harus takut?" kata Jokowi di IPB University Dramaga, Bogor, Jumat (15/9).
Terkait dengan krisis pangan, Jokowi mengatakan hal itu tidak bisa dihindari karena penduduk dunia terus naik sehingga kebutuhan pangan juga meningkat.
"Kemudian ada ancaman perubahan iklim. Kemarau seperti sekarang orang sudah mulai bingung karena ada Super El Nino, kemudian kenaikan suhu, kenaikan air laut. Kalau kita pikirkan secara ini, ya, khawatir, tapi saya kira tidak perlu khawatir. Yang penting solusinya seperti apa," tuturnya.
Jokowi kemudian menjelaskan krisis pangan yang terjadi karena perang antara Rusia-Ukraina yang hingga saat ini masih belum selesai. Menurutnya, hal ini juga terjadi karena tensi geopolitik dan rivalitas negara-negara besar.
"Saat itu saya ingat bertemu dengan Presiden Zelensky di Kiev, di Ukraine. Saya diskusi 2,5 jam, berbicara 2,5 jam dengan Zelensky. Beliau menyampaikan di Ukraina ada 77 juta ton wheat, gandum, yang tidak bisa keluar untuk diekspor, biasanya masuk ke Afrika dan Asia. 77 juta ton berhenti karena Pelabuhan Odessa diblok oleh Rusia," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Setelah bertemu Presiden Zelensky, Jokowi bercerita lanjut bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam pertemuan yang berlangsung 3 jam itu, Putin juga mengungkapkan ada ratusan ton gandum yang tidak bisa diekspor.
"Keluar lagi angka. Presiden Jokowi, di Rusia ini ada 130 juta ton gandum berhenti. Artinya ada total 207 juta ton gandum berhenti di Ukraina dan Rusia. Terus kalau berhenti yang biasa diekspor makan apa? Itulah konteks geopolitik yang berhubungan dengan krisis pangan," ujar Jokowi.
"Di Eropa harga gandum naik, di Afrika harga gandum naik, di Asia [harga] gandum naik. Kita semuanya rakyatlah yang dirugikan," lanjutnya.
Tak hanya itu, lanjut Jokowi, 19 negara sudah membatasi ekspor pangan demi menyelamatkan rakyatnya masing-masing. Salah satunya adalah India yang menyetop ekspor beras.
ADVERTISEMENT
"Akibatnya harga beras naik di semua negara. Kita mau memperbesar cadangan strategis kita, mau impor saja sulit barangnya didapatkan. Sekarang cari sangat sulit. Karena ingin menyelamatkan rakyatnya sendiri, memberi makan rakyatnya sendiri-sendiri," ucapnya.
Menurut Jokowi, situasi ini harus dihadapi, disadari, dan diterima. Namun, yang terpenting adalah melakukan antisipasi.
"Nah, ini tugasnya IPB. Urusan pangan ini sudah serahkan ke IPB. Saya tunggu apa antisipasi kita. Rencana dan pelaksanaannya harus seperti apa," pungkasnya.